Udara
segar pagi itu membuat kedua laki-laki remaja yang tinggal di jalan Kaliurang
tersebut tak tahan untuk keluar menikmatinya. Sudah hampir empat tahun mereka
tinggal di daerah itu dan mereka sudah merasa nyaman dengan lingkungan baru
yang mereka tempati. Rasa rindu kepada rumah mereka yang lama telah mereka
kubur dengan harapan bahwa suatu saat nanti, mereka pasti akan melihatnya
kembali. Entah kapan.
Seorang
laki-laki berambut pendek dan berponi miring itu memakai kupluk abu-abu saat
itu. Pakaian yang melekat pada tubuhnya hanyalah sebuah kaus putih berlengan
pendek, dengan celana panjang hitam sebagai bawahannya. Dengan bangganya ia
berjalan sambil memamerkan tulisan nama lengkapnya, Chase Karayne, yang cukup
besar pada kausnya.
Berbeda
dengan laki-laki yang berjalan di sampingnya, ia hanya memakai kaus hitam polos
dengan celana pendek hip hop berwarna cokelat muda. Bibirnya menyinggungkan
senyum menatap adiknya yang begitu riang berjalan sambil bersenandung sendiri.
Melihat saudara kesayangannya merasa gembira membuatnya memiliki kesenangan
tersendiri dalam hatinya. Sejak lahir dia sangat akrab disapa Ellose Karayne.
Saat itu
bukanlah sebuah acara jalan-jalan biasa. Ya, hari itu menjadi sangat terkenang
bagi kedua remaja laki-laki itu berkat seorang anjing kecil di pinggir jalan.
Keduanya menemukan anjing kecil itu dalam keadaan yang kurang baik. Badannya
kurus, bulu putih bercampur cokelatnya sangat lebat, mulutnya menggonggong
lirih meminta tolong. Dengan wajah khawatir Chase Karayne menghampirinya dan
mengelus badannya pelan.
“Lihat,
dua anak itu menolong anjing kecil itu!” Seseorang memekik kencang sambil
menunjuk ke arah mereka berdua yang sedang memungut anjing kecil itu.
Beberapa
orang tampak berbincang-bincang begitu mendengar ucapan orang itu. “Keuntungan
apa yang mereka dapat jika mereka menolong binatang najis seperti itu?”
“Padahal,
anjing itu sudah hampir tiga hari ditinggalkan pemiliknya. Lihat saja
keadaannya, mungkin sebentar lagi akan pergi meninggalkan dunia. Tak ada
gunanya mereka menolong.”
“Mungkin
orang tua mereka tidak mendidik mereka dengan baik.”
“Sudah,
biarkan saja mereka terkena rabies dari anjing kecil itu. Ingat-ingat wajah
mereka, lain kali kita tidak boleh dekat-dekat dengan mereka supaya tidak
ketularan!”
Cakka dan
Elang merasa kesal dengan tanggapan orang-orang yang berlalu lalang dan melihat
mereka ingin menolong anjing kecil itu. Tapi, tentu saja mereka memiliki urusan
yang lebih penting daripada membalas balik perkataan orang-orang tak perduli
seperti mereka. Cakka segera menoleh kepada kakaknya, “Mas Elang, kita harus
menolong anjing kecil ini. Kita tidak boleh membiarkannya menderita seperti
ini.”
Elang
mengangguk setuju. “Aku membawa sedikit uang. Kita bisa membelinya makanan agar
badannya sehat kembali. Lebih baik kamu membawanya pulang sekarang, beri dia
minum! Kamu bisa memakai mangkuk sebagai pengganti tempat makanan anjing.”
Cakka
mengangguk. “Kalau begitu, hati-hati, Mas.”
Mereka
berjalan berpisah arah. Cakka berlari dengan cepat membawa anjing kecil itu ke
rumah. Ia menaruhnya di depan rumah dan meminta bantuan Bunda untuk menjaganya
sebentar selagi ia mengambil mangkuk berisi air untuk diberikan untuk anjing
kecil itu. Tak lupa ia juga mengambilkan satu mangkuk lain untuk makanan yang
dibawakan Elang nanti. Untung saja Bunda tidak marah mendengar kejadian yang
dialami oleh kedua anaknya selama berjalan-jalan. Beliau justru ingin membantu
mereka untuk menyelamatkan binatang liar yang malang itu.
Cakka
tersenyum sambil mengelus-elus pelan badan anjing kecil itu ketika dia sedang
sibuk dengan semangkuk air yang telah disiapkannya. Gerakan lidahnya saat
menjilat segumpal air tersebut sungguh cepat. Jelas sekali bahwa dia sudah
sangat lama dibiarkan menderita oleh warga-warga sekitar. Dan betapa teganya
pemilik anjing ini sampai meninggalkannya di pinggir jalan hingga kondisinya
memburuk. Padahal, menurutnya perilaku tersebut sama saja dengan mengkhianati
keluarga sendiri. Apapun alasannya. Ia sudah masuk ke dalam umur lima belas
tahun, berbeda empat tahun dari Elang yang sudah memasuki dua puluh tahun, dan
ia tidak akan pernah mengkhianati ajaran Bunda tentang menolong semua makhluk
hidup yang butuh bantuannya.
“Minumlah
yang banyak, sebentar lagi Mas Elang pasti datang membawakanmu makanan. Tenang
saja, kami semua akan merawatmu di sini.” sahut Cakka saat itu.
Anjing
kecil itu kembali menggonggong lirih mendengar ucapan Cakka. Kemudian, mereka
bersama-sama menunggu Elang pulang membawa makanan. Cakka memangku anjing kecil
itu dan membiarkannya istirahat untuk sejenak. Badan mungilnya ia elus-elus
dengan kedua tangannya smpai batang hidung Elang tampak di hadapannya sedang
berlari-lari sambil membawa sekaleng makanan anjing. Tanpa banyak bicara, Elang
langsung mengambil mangkuk yang sudah disediakan adiknya dan menaruh makanannya
di sana.
“Ayo,
sekarang kamu makan dulu ya. Biar kuat!” kata Cakka.
“Guk!”
Anjing kecil itu lagi-lagi menggonggong dan dengan cepat beranjak dari pangkuan
Cakka untuk menghampiri mangkuk makanannya. Lagi-lagi ia menyerbu makanan
dengan sangat lahap. Cakka, Elang dan Bunda sampai tertawa melihatnya.
Setelah
anjing kecil itu merasa kenyang, ia berjalan memutar seolah mengejar ekornya.
Kemudian ia langsung tiarap dan tidur dengan lelap. Mereka bertiga tersenyum
melihat tingkah binatang kecil itu. Terlebih Cakka. Dia sangat menyayangi
anjing kecil itu. Tingkahnya begitu manja dan lucu. Ia sudah menanamkan tekad
kuat dalam hatinya untuk menjaga anjing itu sampai dia benar-benar sehat. Ia
juga ingin memeliharanya, agar anjing kecil itu tidak berjalan-jalan sendiri
lagi sampai kelelahan. Elang juga berpendapat yang sama. Ini semua mereka
lakukan sebagai aplikasi mereka untuk menyayangi semua makhluk hidup tanpa
syarat. Dan Bunda tentu menyetujuinya. Mereka langsung menamai anjing berbulu
putih-cokelat itu Jacko.
Beberapa
tahun kemudian, Jacko tumbuh besar menjadi anjing dewasa yang kuat.
Gonggongannya sudah tidak lirih seperti saat ia kecil dulu, dia juga sangat
akrab dengan Cakka, Elang dan kedua orang tuanya. Mereka semua sudah seperti
sahabat baik Jacko. Bahkan saat salah satu dari mereka sedang sedih, Jacko
pasti tidak akan segan-segan untuk menghibur mereka dengan tingkah manjanya. Ia
bahagia dengan keluarga barunya.
THE END...
Tuliskan komentar kalian di bawah,
Kalau mau request cerpen silahkan ya :)
Nantikan ceritaku selanjutnya!
Bagus mbak cerpennya, semoga semakin berkarya kedepannya
BalasHapusBaca juga
http://as-him.blogspot.com/2014/01/5-milyuner-tanpa-kerja-keras.html
wuih keren cerpennya gan :)
BalasHapusini cerpen mbak ya?
BalasHapuswah keren, banget.
sukses selalu ya
waahh cerpennya bagus nih keren abiss,... sukses ya mba'...
BalasHapusini terinspirasi kisah nyata apa terlintas gitu aja ?? :o
BalasHapusTerlintas. Cerpenku semuanya gak ada yg kisah nyata. Hehe :D
Hapuswah cerpennya bagus sampe menghayati ane bacanya :D
BalasHapuskeren cerpennya,ngena dihati
BalasHapus