Hari ini
Cakka kembali memakai kaus merahnya. Sambil menatap dirinya di depan cermin, ia
merangkap kaus merahnya itu dengan jaket biru kehitaman dengan lengan panjang
berwarna abu-abu. Ia juga memilih celana panjang jeans biru sebagai bawahannya.
Rambut harajukunya ia sisir dengan rapi dan dipakaikan gel agar terlihat lebih
keren. Setelah itu, ia langsung tersenyum. "Perfect." katanya.
Ia lirik
sebentar jam tangan yang sudah melekat pada pergelangan tangannya. Sudah hampir
jam tujuh. Itu artinya ia harus segera berangkat. Setelah membereskan kamarnya
yang berantakan, ia langsung menutup lampu dan pergi meninggalkan rumahnya
dengan sepatu sneakers hijau.
Perjalanan
dari rumah menuju sekolah tak terlalu jauh. Apalagi jika sudah malam. Dengan
sepinya jalanan, Cakka bisa leluasa mengendarai motornya dengan kecepatan yang
lambat. Selama perjalanan, ia sempat berpikir tentang pemberitahuan kakaknya
tadi siang. Kejutan? Ah, ia tak sedang berulang tahun. Ia juga tidak
memenangkan lomba apapun selama tiga tahun terakhir. Kira-kira siapa yang ingin
memberinya kejutan? Dan lagi, kenapa kakaknya pakai melapor segala kalau orang
itu akan memberikan kejutan?
"Akhirnya
kau datang juga. Anak-anak yang lain sudah menunggu." Elang langsung
menghampiri adiknya di parkiran begitu batang hidungnya muncul di sekolah. Ia
memakai baju abu-abu dirangkap jaket yang sama dengan Cakka. Kepalanya telah
ditutupi dengan kupluk bersama abu-abu.
Cakka
menoleh ke arahnya. Setelah melepaskan helm motor dari kepalanya, ia
mengernyitkan dahinya menatap Elang. "Memangnya ada apa?"
"Mereka
mau pada latihan terakhir di belakang panggung. Kau sebagai lead guitar, jelas
harus ikut latihan juga." kata Elang. Ia langsung menarik tangan adiknya
masuk ke dalam gedung sekolah. "Oh iya, Bunda sudah datang. Tadi aku sudah
melihatnya di bangku penonton bersama Ayah. Nanti setelah selesai tampil, kau
harus menghampiri mereka."
"What?
Ayah? Datang ke sini? Buat apa dia datang?" kata Cakka sewot begitu
mendengar kakaknya menyebut Ayah. "Harusnya dia tak perlu datang ke acara
ini. Aku tidak butuh kehadiran dia!"
"Sudahlah,
kau ini banyak bicara. Menurutlah padaku dan semuanya akan baik-baik
saja." kata Elang sambil terus menarik tangan adiknya.
“Tunggu,
bagaimana bisa Ayah dan Bunda duduk bersama? Kau juga tahu kalau hubungan Ayah
dan Bunda tidak terlalu baik selama ini. Kau mau membohongi aku? Tidak mempan
tahu!" kata Cakka masih penasaran.
"Sudahlah,
kau diam saja! Nanti kau juga pasti tahu alasannya." kata Elang lagi
membuat Cakka bungkam. Ia membiarkan kakaknya menariknya sampai ke panggung
yang terletak di lapangan. Di belakang panggung, para personel yang lain sudah
menunggunya.
Belakang
panggung tampak sepi. Hanya ada personel yang membantu Cakka dan Elang tampil
dan beberapa penyanyi lainnya yang bersedia berpatisipasi dalam acara ini.
Inilah akibat dari kemalasan teman-teman Cakka untuk tampil. Selain pengisi
acara menjadi sedikit, Cakka dan Elang pada akhirnya harus mengisi acara
setidaknya sampai enam lagu. Ah, mereka tidak tahu betapa melelahkannya harus
menyanyikan enam lagu non-stop.
"Akhirnya
kau datang juga." kata Finno sambil tersenyum, dia adalah drammer yang
dipilih oleh Cakka dan Elang untuk membantu mereka setiap kali tampil. Personel
yang lain, Ferdy sebagai bassist dan Gabriel sebagai keyboardist juga tersenyum
melihat kedatangan sang penguasa panggung di hadapan mereka.
"Katanya
kalian ingin latihan terakhir ya? Bukannya bilang dari kemarin, aku kan bisa
datang lebih awal.” Kata Cakka langsung mengambil tempat duduk di sebelah
Finno. Ketiga personel itu nyengir sejenak, kemudian mereka langsung latihan.
J L J
Selama
acara berlangsung, Cakka mengintip penonton dari belakang panggung. Suasananya
ramai sekali. Penonton yang datang tak terhitung jumlahnya itu berteriak-teriak
gembira mengikuti setiap penampil yang bernyanyi. Jelas sekali di mata Cakka,
bahwa pasti banyak fans mereka yang datang, mengingat acara sekolah mereka ini
untuk umum. Dan Elang benar, di antara sekian banyak penonton itu, Ayah dan
Bunda duduk bersama di kursi paling depan. Namun, mereka jelas tak bergembira
bersama. Bunda tampak antusias mengikuti acara, sementara Ayah hanya diam saja.
Tentu saja, ia tak pernah menyukai acara apapun yang ia ikuti. Huh, harusnya ia
tak usah datang!
"Terima
kasih semuanya!" kata seorang gadis yang baru saja menyanyikan lagu
Payphone dari Maroon 5 di atas panggung. "Sekarang, mari kita sambut
sebuah duo yang juga sangat antusias untuk memeriahkan acara tutup tahun kami.
Mereka adalah para laki-laki yang berbakat, dengan ditemani beberapa teman
mereka, mereka selalu menampilkan yang terbaik. Mari kita sambut.... CAKKA DAN
ELANG!!"
"Aaaaaaa...."
Sorak-sorai dari para penonton langsung bergemuruh hebat begitu mereka
dipanggil. Gadis itu langsung kembali dan mempersilahkan Cakka untuk naik ke
atas panggung. Suasana langsung pecah begitu Cakka, Elang dan ketiga personel
lainnya muncul di atas panggung. Mereka langsung mengambil posisi
masing-masing. Keyboardist dan
Drammer di paling belakang, Gitaris dan Bassist
di tengah dan seperti biasa, Cakka, sang vokalis di paling depan.
"Selamat
malam, Muhammadiyah!!" teriak Cakka begitu ia sampai di depan mikrofon.
"Ya, perkenalkan kami adalah The Finest Tree. Saya Cakka dari kelas
X-IPS3, dan ini kakak saya, Elang dari XII-IPS2. Dan tiga orang lainnya adalah
teman-teman sekelas saya. Sebelumnya kami ingin mengucapkan terima kasih atas
setengah tahun yang bahagia bersama Muhammadiyah karena kami berdua merasa
beruntung bisa bersekolah di sekolah yang sangat asyik. Buat teman-teman saya
dari X-IPS3, kita berjuang sampe kita lulus ya!!"
"Oke,
kami akan menyanyikan beberapa lagu untuk menghibur kalian. Jadi, kami berharap
kalian bisa menikmatinya." kata Cakka, kemudian ia menoleh ke arah
teman-temannya yang ada di belakang. "Ayo, monggo mas!"
"Aaaa..
CAKKA.....!!!!"
Cakka
tersenyum mendengar namanya disebut-sebut. Ia langsung menggerakkan tubuhnya
dengan bebas di atas panggung begitu suara musik telah menggema di atas
panggung. Lagu pertama yang akan ia nyanyikan adalah lagu yang sangat tak asing
lagi di telinga para fansnya, yaitu Lupa Bawa Nyali. Ia bernyanyi dengan penuh
semangat dan komunikatif dengan penonton. Sesekali ia meminta penonton untuk
melanjutkan lirik lagunya. Sampai akhirnya ia tiba di bagian rap.
"Ayo
semuanya nyanyi bareng Cakka! Hey Little Baby, kau membuat napas ini...?"
nyanyi Cakka, kemudian langsung mengarahkan mikrofonnya ke arah penonton yang
sangat ramai mengikuti nyanyian Cakka.
Cakka
sangat enjoy menyanyikan lagu-lagunya
di atas panggung. Terlebih lagi ketika melihat para penonton tak memudarkan
senyuman mereka selama mereka bernyanyi. Setelah menyanyikan lagu Lupa Bawa
Nyali, Cakka langsung segera menyanyikan lagu Melebur Beda, kemudian Sampai
Waktunya Datang. Respon penonton yang mereka dapat setiap lagunya tak beda
jauh. Mereka selalu disambut dengan sorakan histeris dari penonton. Apalagi
ketika Cakka melakukan moonwalk dan menari-nari di atas panggung saat
menyanyikan Sampai Waktunya Datang.
"Oke,
sekarang lagu keempat ya." kata Cakka ketika sudah selesai menyanyikan
lagu Sampai Waktunya Datang. "Jadi lagu ini itu..."
Kata-kata
Cakka terputus ketika Elang mendekat. Kakaknya itu tiba-tiba menarik dirinya
dari mikrofon sedikit kemudian membisikkan sesuatu kepadanya sambil tersenyum.
"Kka, kita nggak jadi nyanyi I Won't Give Up. Lagunya diganti jadi lagu
lain."
"Hah?"
Cakka jelas kaget dengan ucapan kakaknya itu. Padahal, kemarin-kemarin mereka
berlima sudah sepakat lagu-lagu apa saja yang akan mereka nyanyikan hari ini.
Namun, lagi-lagi ada kejadian yang tak Cakka ketahui. Ia heran, setelah kasus
menghilangnya dua ponselnya itu, Ayah dan Bunda bisa duduk bersama di bangku
penonton, dan sekarang ia tak tahu bahwa ada perubahan rencana?
"Iya,
udah sekarang lo ambil gitar lo. Terus duduk di kursi yang udah disediakan. Gue
yang atur semuanya supaya acara ini tetep sukses walaupun ada perubahan lagu
secara tiba-tiba." kata Elang. Kemudian, dia mengisyaratkan kepada panitia
agar mematikan lampu-lampu sorot yang menyorot panggung.
Penonton
yang tadinya tak sabar untuk mendengar sang vokalis menyanyi lagi, menjadi
bingung. Dalam benak mereka mungkin terdapat pertanyaan yang sama, apa yang
akan mereka lakukan di atas panggung? Mengapa tiba-tiba lampu-lampu sorot
dimatikan hingga panggung gelap gulita? Namun, ada beberapa orang yang sejak
awal tetap tersenyum, menanti apa yang akan dilakukan mereka berlima di atas
panggung. Namun, ada satu penonton yang tentu tak bingung dengan semua ini.
Bunda. Ia sudah tahu apa rencana Elang.
Cakka
segera mengambil gitarnya yang ada di posisi belakang kemudian langsung duduk
di kursi yang sudah disediakan oleh panitia begitu lampu dimatikan. Kemudian,
ia menunggu sampai lampu-lampu sorot itu kembali dinyalakan. Ia tak mengerti,
apa yang sedang direncanakan kakaknya?
Selang
beberapa menit setelah Cakka duduk di bangkunya, lampu sorot tiba-tiba
dinyalakan kembali. Dan betapa terkejutnya Cakka ketika menyadari bahwa hanya
tinggal dirinya dan Elang di atas panggung. Ketiga temannya sudah hilang entah
kemana. Siapa yang menyuruh mereka turun dari panggung? Ah, Cakka benar-benar
tak mengerti. Cakka langsung menatap Elang yang kembali menghampirinya.
Dengan
sorak sorai penonton yang kembali heboh, Elang membawa standmic ke sebelah
standmic milik Cakka. Kemudian, ia duduk di samping Cakka. Ia hanya tersenyum
melihat wajah bingung Cakka, kemudian langsung berbicara kepada penonton,
"Yak. Maaf sudah menunggu lama. Jadi, dua lagu terakhir yang akan kami
nyanyikan sudah sepakat kita ganti menjadi dua lagu untuk membuat malam ini
adalah malam yang tidak terlupakan bagi kami berdua.”
"Sebelum
kita memulai lagu pertamanya, saya ingin memainkan sesuatu untuk kalian
terlebih dahulu. Ini adalah sebuah rangkaian nada yang pernah diajarkan Ayah
kepada saya." kata Elang sambil tersenyum. Kemudian, ia langsung memainkan
gitarnya. Sekitar dua menit ia memainkan nada-nada indah yang telah ia
lancarkan selama belasan tahun ini. Penonton yang mendengarnya sampai terpukau
melihatnya. Terlebih Ayah. Walaupun wajahnya tetap datar, namun hatinya terasa
terguncang karena nada-nada yang dimainkan anaknya.
Cakka yang
duduk di sampingnya pun terdiam mendengar nada-nada indah itu. Ia jadi ingat
kembali saat Ayah mengajarinya untuk memainkan nada-nada itu. Ya, waktu itu
Cakka dan Elang diajari membuat nada-nada yang indah oleh Ayah. Cakka ingat,
waktu itu ia sangat senang bisa memainkannya. Namun, semenjak mereka tidak
tinggal bersama, Cakka sudah tak pernah memainkannya lagi karena suatu hal.
"Ya,
jadi tadi itu adalah nada-nada yang pernah diajarkan oleh Ayah. Karena belajar
nada-nada itu, saya bisa bermain gitar dengan mahir seperti sekarang. Sama
dengan Cakka. Dia juga belajar memainkan nada-nada itu dan akhirnya bisa
bermain gitar dengan mahir." kata Elang sambil tersenyum.
"Plis
deh, Mas, kita disini itu untuk menghibur teman-teman Forester. Bukan nostalgia
tentang masa lalu, mendingan kita langsung ke lagu kita saja. Nggak perlu
bertele-tele lagi." kata Cakka sambil menoleh ke arah Elang sejenak.
Kemudian, ia menoleh ke arah penonton. "Fans kita juga sudah pada tidak
sabar kan?"
"IYAA.....!!!"
jawab para fans mereka yang datang saat itu dengan kompak.
"Tidak
bisa begitu. Sebelum kita lanjut ke lagunya, sepertinya ada yang mau
ditampilkan di layar dulu." kata Elang. Setelah itu, tiba-tiba layar yang
ada di belakang menampilkan sebuah video. Penonton langsung berteriak kencang
begitu layar itu menampilkan wajah Cakka di sana. Cakka juga sampai kaget
melihatnya. Darimana kakaknya mendapatkan video itu? Video itu kan hanya ada
di.... AH! Ini pasti ulah Elang!
Cakka
terdiam melihat video itu. Jadi ini kejutan yang dimaksud Elang?! Ah, semua
kata-katanya yang ada di dalam video itu membawa pikirannya kembali ke masa
lalu. Ya. Waktu itu, setelah Ayah dan Bunda resmi cerai, Ayah lebih memilih
untuk meninggalkan rumah daripada tinggal bersama mereka bertiga di rumah. Dan
saat itu Cakka jelas mempersilahkannya keluar, tapi dengan syarat ia tak boleh
membawa Elang pergi juga. Namun, kenyataannya Elang juga harus mengikutinya.
Itu yang menyebabkan mereka tidak tinggal bersama. Dan membuat Cakka sangat
marah. Tapi, dalam hatinya, ia jelas masih berharap Ayah akan membuka hatinya
tentang musik dan kembali untuk bersatu lagi dengan keluarga.
“Tapi, aku
masih tetap berharap suatu saat nanti kita akan bisa bersama lagi. Semoga.”
kata Cakka yang ada di layar, mengakhiri video tersebut.
Begitu
layar menjadi gelap kembali, penonton langsung bertepuk tangan. Mereka jelas
tidak menyangka. Selama ini tak ada yang tahu bahwa Cakka memiliki keluarga
yang terpecah. Mereka selalu menganggap Cakka adalah orang yang sangat riang
karena di sekolah dia tak sulit berteman dengan siapa saja. Dia juga tak pernah
kelihatan sedih.
Elang
tetap tersenyum, setelah video itu selesai diputar, ia langsung berbicara lagi
dengan mikrofonnya. "Nah, sekarang kebetulan Ayah datang ke acara hari
ini. Bagaimana kalau Cakka menyanyikan lagu untuk Ayah? Semuanya setuju
kan?"
"Eh,
Mas, apa-apaan kau? Aku kan nggak---" Cakka ingin segera protes namun
tiba-tiba para penggemarnya berteriak.
"SETUJUUUUU....!!"
"NYANYI!
NYANYI! NYANYI!"
Oke,
sekarang Cakka terjebak. Jika dia melakukannya, maka kemungkinan besar Ayah
pasti meremehkannya karena kenyataannya Cakka tak ingin Ayah pergi jauh
darinya. Tapi, jika dia tidak melakukannya, maka dia pasti mengecewakan para
penggemarnya yang sudah antusias ingin mendengarnya menyanyi.
"Ayo
nyanyi, Kka. Sedikit saja, tak harus satu lagu." kata Elang sambil
tersenyum. "Atau kau mau mengecewakan para penggemarmu yang sudah datang
di sini?"
Cakka diam
mendengar ucapan kakaknya. Walaupun hatinya sekarang sangat kesal dengan
kakaknya, akhirnya dengan sangat terpaksa, Cakka bernyanyi. Ia jelas tak ingin
membuat Forester kecewa. "Oke, oke, kalau begitu kau harus mengiringiku
bernyanyi."
Elang
tersenyum mendengarnya. Kemudian, ia langsung memainkan gitarnya setelah Cakka
bernyanyi sedikit liriknya. Lagu Perfect
yang dilantunkan oleh Cakka tiba-tiba saja membuat semuanya terharu. Apalagi
ketika Cakka menyadari ternyata lagi-lagi ia meneteskan air matanya saat
menyanyikan lagu itu. Lagu ini juga sangat menyentuh hatinya.
'Cause we lost it all
Nothing lasts forever
I'm sorry
I can't be perfect
Now it's just too late and
We can't go back
I'm sorry
I can't be perfect
Saat Cakka
selesai menyelesaikan lagunya, ia tak sengaja mendapati Ayah sudah naik ke atas
panggung untuk menghampirinya. Cakka jelas tak percaya. Tapi... Ah, pasti Ayah
tidak ingin melewatkan kesempatannya untuk menertawakannya.
"Ayah..."
kata Cakka pelan begitu Ayah telah sampai di hadapannya.
Ayah
tampak diam saja mendengar panggilan Cakka. Namun, beberapa saat kemudian, ia
melangkah mendekati Cakka. "Jadi selama ini kamu ingin kami sekeluarga
balik lagi seperti dulu? Bukankah kamu sendiri yang bilang kalau kamu tidak
akan menerima Ayah lagi di rumah? Kamu sudah lupa dengan kata-katamu itu?"
"Ya!
Tentu saja aku ingat dengan semua itu, Yah! Aku tidak akan pernah melupakan
kata-kataku sebelum Ayah meninggalkan rumah! Apalagi Ayah membawa Mas Elang
pergi juga! Kalau Ayah ingin tahu bagaimana perasaanku waktu itu, Cakka sangat
marah, Yah!" kata Cakka agak keras. Kemudian, ia menundukkan kepalanya. "Tapi..
bagaimanapun juga Ayah tetep Ayahku. Aku tentu mau keluarga kita kembali
seperti semula. Dan kita menjadi sahabat seperti dulu. Dan soal larangan musik
itu...."
"Kamu
boleh bermusik." kata Ayah tiba-tiba memotong pembicaraan Cakka.
Cakka
langsung spontan mengangkat kepalanya begitu mendengar tiga kata yang keluar
dari mulut Ayah. "Ayah serius?"
Ayah
mengangguk. "Kamu sudah membuktikan kalau dengan bermusik, kamu juga bisa
berprestasi dalam sekolah. Kamu sudah tahu kan kalau kamu juara kelas? Dan
kalau kamu bisa mempertahankan nilai-nilai dan rank kamu itu, Ayah izinkan kamu
bermusik."
Mata Cakka
berbinar-binar mendengar ucapan Ayah. Ia benar-benar tak menyangka. Ah,
ternyata Ayah hanya khawatir kalau nilai-nilainya akan turun jika Cakka sibuk
bermusik. Dengan sigap, ia langsung memeluk sang Ayah. Diiringi tepuk tangan
dari penonton, Cakka berbisik pelan, "Terima kasih, Yah..."
Elang
tersenyum senang melihat hal itu. Ternyata, tak sia-sia ia memaksa Ayah untuk
datang ke sekolah. Selain bisa menyaksikan mereka berdua tampil, Ayah juga
berbaikan dengan Cakka. Mungkin setelah ini mereka akan kembali bersama. Inilah
yang Elang harapkan dari rencananya. Ia langsung menoleh ke arah Bunda dan
tersenyum. Mereka saling melemparkan jempol. Misi mereka berhasil!
Akhirnya,
acara mereka diakhiri dengan lagu terakhir dari The Finest Tree, yaitu lagu
yang berjudul Gie. Lagu yang sering Cakka dan Elang nyanyikan sejak kecil. Dan
ternyata lagu itu adalah lagu favorit Ayah. Dua kakak-adik itu bermain gitarnya
masing-masing. Ditambah dengan suara Cakka yang bagus tentunya. Mereka tampak
bahagia sekali bisa bernyanyi bersama Ayah di atas panggung.
Sampaikanlah pada ibuku
Aku pulang terlambat waktu
Ku akan menaklukkan malam
Dengan jalan pikiranku
Sampaikanlah pada bapakku
Aku mencari jalan atas
Semua keresahan-keresahan ini
Kegelisahan manusia
retaplah malam yg dingin
tak pernah berhenti berjuang
pecahkan teka-teki malam
tak pernah berhenti berjuang
pecahkan teka-teki keadilan
Berbagi waktu dengan alam
Kau akan tahu siapa dirimu yg sebenarnya
Hakikat manusia
akan aku telusuri
jalan yg setapak ini
semoga kutemukan jawaban
Setelah
mereka menyelesaikan acara mereka, mereka berkumpul bersama berempat untuk
merayakan tahun baru. Ah ya, Cakka juga tentu saja menagih ponsel kepada
kakaknya, karena ia sudah menduga kakaknya yang telah mencuri dua ponselnya
itu. Video yang ditampilkan di layar itu hanya ada pada ponselnya. Tak mungkin
Elang bisa menampilkannya jika dia tidak mengambil ponselnya. Dan kalau soal
Ayah dan Bunda duduk bersama, ternyata Elang memaksa Ayah untuk berbuat begitu.
Ckck. Dasar memang tukang maksa.
"Awas
kau, nanti aku akan mengerjaimu balik!" ancam Cakka begitu ia mendapat dua
ponselnya kembali. Tapi, Elang hanya tertawa mendengar ucapan adiknya itu.
Finno, Ferdy dan Gabriel yang tahu rencana Elang juga hanya tertawa melihat
temannya sebal karena telah dijebak oleh mereka.
THE END...
Tuliskan komentar kalian di bawah,
nantikan ceritaku selanjutnya!
Wah banyak banget cerpen nya,,. saya copy satu satu ya.. :)
BalasHapus