Rabu, 30 April 2014

Serial Chase & Ellose | Pindah Rumah



Pagi ini tidak terasa seperti hari-hari pagi cerah sebelumnya. Perasaan indah menyambut pagi hari yang menyapa hari ini sungguh berbeda. Bahkan kedua orang itu hanya bisa menghela napas mereka menyambut kenyataan. Hari ini bukanlah hari sekolah. Namun, mereka harus bangun jam lima pagi. Pagi-pagi sekali, mereka harus menggantungkan tas mereka dan pergi meninggalkan rumah bersama Ayah dan Bunda mereka.

Kedua orang itu merupakan anak remaja yang umurnya terpaut cukup jauh. Ellose Karayne, anak sulung yang sering dipanggil Elang itu sebenarnya tak resah menerima keputusan ini. Namun, terasa kekhawatiran yang cukup dalam terhadap Chase Karayne, adiknya yang berada di dekatnya sekarang. Laki-laki remaja yang dipanggil Cakka itu diam saja sejak mengetahui kabar yang harus ia terima.
Ketika itu, Cakka hanya bisa menatap halaman rumahnya yang begitu asri itu untuk yang terakhir kalinya. Secara tiba-tiba pikirannya menggambarkan sebuah kehidupan yang indah di depan matanya. Ia masih bisa merasakan bagaimana bahagianya bermain-main bersama kakaknya di sana. Tanaman-tanaman yang terawat dengan baik, pohon-pohon yang cukup rindang di siang hari dan canda tawa yang tertinggal di sana, tak bisa ia bawa pergi bersamanya. Ia tak tahu, apakah nanti ia akan mendapatkan kebahagiaan yang sama atau tidak di tempat lain yang sudah menunggunya.
Elang yang sudah duduk manis di dalam mobilnya tampak menunduk menatap adiknya yang masih belum rela meninggalkan semuanya. Kasihan, ia pasti sudah sangat nyaman hidup di rumah itu. Dia juga mempunyai banyak teman baik di sekolah, keputusan tiba-tiba yang diumumkan Ayah kemarin pasti sangat mengguncang hatinya. Tapi, ia tak tahu bagaimana caranya mengembalikan semua yang sudah terlanjur terjadi.
“Cakka, ayo cepat naik!”
Suara Ayah tiba-tiba membuyarkan lamunannya. Dengan berat hati ia langsung naik ke dalam mobil dan duduk di sebelah kakaknya. Waktu itu, mereka masih berumur dua belas dan enam belas tahun.  Dan sebagai anak kelas 6 SD, ia cukup sedih meninggalkan tempat bermainnya itu. Yang ada di pikirannya sekarang adalah akan main dimana dia jika di tempat itu tak ada halaman yang begitu luas seperti rumahnya.
“Kka...” panggil Elang di tengah perjalanan mereka.
Cakka menolehkan kepalanya ke arah kakaknya. Didapatinya Elang sedang menatapnya dengan wajah yang khawatir. Ia langsung bertanya pelan begitu Cakka menoleh. “Kamu tidak apa-apa, kan?”
Cakka tersenyum mendengar ucapannya. “Nanti mungkin Cakka sudah tidak bermain di halaman rumah kita yang asri lagi, Mas. Rumah kita yang baru, entah ada halaman rumah yang sama atau tidak. Belum lagi, sekolah baru kita. Apa teman-temannya baik?”
Elang menggeser tempat duduknya, mendekat untuk menggapai puncak kepala adiknya. Seperti kebiasaannya saat menghibur Cakka, ia mengelus rambut Cakka dengan sayang. “Kamu jangan khawatir, semuanya akan tetap baik-baik saja. Kita bisa bermain di halaman rumah kita yang baru. Teman-temanmu juga pasti baik. Aku justru lebih khawatir kalau ada temanmu yang seperti Mario dan Elle.”
Cakka tertawa kecil mendengar Elang menyebut dua teman sekelasnya yang sering mengganggunya. “Aku tidak akan khawatir soal itu, kan ada kamu yang akan melindungiku, Mas.”
Elang ikut tertawa kecil, kemudian mengacak-acak rambut Cakka dengan kasih sayang. Mereka berdua tertawa bersama selama perjalanan ke rumah baru. Kegelisahan adiknya hilang dalam sekejap. Sampai akhirnya, mereka tiba di sebuah rumah besar yang bercat biru. Di depan rumah itu juga terdapat halaman kecil, namun tidak cukup untuk bermain petak umpet seperti halaman yang dulu. Mungkin hanya cukup untuk memarkirkan mobil Ayah.
Cakka dan Elang turun dan langsung masuk ke dalam rumah baru mereka ketika Ayah dan Bunda sudah membuka pintu rumah itu. Hari itu benar-benar merupakan hari persiapan untuk memulai hidup baru dengan pekerjaan Ayah yang baru. Kata Ayah, Cakka dan Elang akan segera sekolah lusa karena hari ini adalah hari Sabtu. Makanya, hari Sabtu dan Minggu ini Ayah dan Bunda pakai untuk membenahi rumah dan segala macam hal yang harus mereka urus. Sementara Cakka dan Elang hanya tidur-tiduran di kamar baru mereka, mempersiapkan diri untuk memasuki sekolah baru.
Hari pertama sekolah Cakka dan Elang tak begitu buruk. Sekolah mereka adalah sekolah umum, terdapat kelas TK sampai SMA di dalamnya. Cakka yang baru saja masuk ke kelas 1 SMP dan Elang di 1 SMA cukup senang saat melihat teman-teman sekelas mereka yang baru menerima mereka dengan baik. Bahkan mereka dapat dengan cepat mendapatkan teman yang bersedia menemani mereka selama sekolah di sana. Begitu mereka pulang dari sekolah, mereka langsung merebahkan diri bersama di tempat tidur sambil tersenyum.
“Ternyata sekolah baru kita berbeda jauh dengan sekolah baru yang kubayangkan. Kamu tahu, Mas? Begitu aku memperkenalkan diri, teman-teman sekelasku tersenyum dan mengajakku berteman. Mereka banyak membantuku saat jam pelajaran, bahkan ada yang mengajakku untuk makan bersama di kantin saat jam istirahat.” kata Cakka sambil menoleh ke arah kakaknya. “Dan bagian terbaiknya adalah mereka juga suka bermusik!”
“Aku lega mendengarnya, Kka.” jawab Elang sambil tersenyum. “Akupun senang mendapatkan teman-teman yang sangat baik di kelasku. Mereka selalu memiliki cara untuk membuat kelas ramai. Dan tiga puluh anak yang ada di dalamnya, selalu dianggap saudara. Mereka akan membantu kapan saja aku butuh bantuan.”
Cakka tersenyum mendengarnya. Kemudian, keduanya menatap langit-langit kamar sambil membayangkan kejadian-kejadian menyenangkan di sekolah baru mereka tadi. “Mungkin lingkungan baru kita tidak akan seburuk yang aku pikirkan, Mas.”
Elang menghela napasnya, kemudian kembali tersenyum tipis. “Aku lega kamu sudah menerimanya, Kka. Biarkan lingkungan rumah lama kita menjadi kenangan terindah dalam hidupmu. Kamu bisa memulai kehidupan yang lebih bahagia di sini. Dimana kita berada sekarang. Dan ingat, kamu masih punya aku saat kamu diganggu oleh teman-temanmu.”
Cakka tertawa lepas mendengarnya, kemudian mengangguk mengerti. Ia jelas tahu tentang hal itu. Kini ia sudah tak kesulitan untuk tersenyum.

THE END...
Silahkan komentar di bawah,
Nantikan Serial Chase & Ellose selanjutnya ya! :)

8 komentar:

Makasih ya udah baca cerpenku. Silahkan tinggalkan komentar kamu ya.
Semua kritik dan saran aku terima. Pujian juga boleh :p