Setiap pagi aku
selalu datang ke toko buku yang ada di dekat sekolahku itu. Selain karena
buku-bukunya yang lengkap, aku selalu mendapatkan ketenangan tersendiri jika
berada di sana. Biasanya, aku bisa menghabiskan waktu sampai dua-tiga jam hanya
untuk membaca buku-buku cerita pendek yang kebetulan sudah tidak tersegel
plastik. Mungkin dalam sepuluh kali datang, hanya dua kali saja aku membeli
buku. Bukannya bermaksud apa-apa, tapi ekonomiku sebagai pelajar SMA tentu
tidak terlalu banyak. Untungnya, penjaga toko buku tersebut tidak keberatan
memiliki pelanggan sepertiku.
Ya, laki-laki yang sudah lama menjaga toko buku itu memang sudah
mengenalku. Kronologi perkenalan kami dulu masih sangat membekas di pikiranku.
Ketika aku sedang diam-diam membaca buku dan tiba-tiba dia menghampiri dan menepuk
pundakku. Aku pikir dia ingin memarahiku karena aku hanya datang untuk membaca,
tapi ternyata tidak. Dia justru tersenyum.
“Kau suka buku cerita anak-anak?” tanyanya dengan ramah.
Aku hanya mengangguk ragu. Masih tak mengerti dengan maksudnya.
“Pantas saja aku sering melihat kau membaca buku di sini,” katanya lagi
sambil tertawa. “Tenang saja, aku bukan tipe penjaga toko yang galak. Aku
justru senang jika ada yang menyukai bukuku.”
Aku tersenyum. “Kupikir kau keberatan aku curi-curi baca terus.”
Ia tersenyum kembali. “Sama sekali tidak. Bacalah sepuasmu. Lagipula, aku
tidak hanya ingin menjual buku-buku di sini. Aku juga membiarkan anak-anak yang
kurang mampu membaca di sini, atau bisa meminjamkannya kepada mereka dengan
uang seribu.”
“Sama saja kau mencari penghasilan, seharusnya tidak ada pelanggan yang
sepertiku,” kataku. Kemudian mengulurkan tangan. “Aku Ray. Kau?”
Ia membalas uluran tanganku. “Gabriel.”
Semenjak hari itu, aku dan Gabriel menjadi teman baik. Dia sering bercerita
bahwa toko bukunya itu dibangun karena keluarganya yang butuh penghasilan lebih
banyak. Ayah dan Bundanya hanya menjual nasi uduk di sekitar komplek, sementara
adiknya, Tania, sebentar lagi harus masuk sekolah. Untunglah Gabriel selalu
menabung sejak kecil, sehingga ketika dia lulus SMP, daripada diam saja karena
tak bisa lanjut sekolah, dia memutuskan untuk menyewa tempat ini sebagai toko
bukunya.
Aku juga tak harus gelisah jika mau mencuri-curi baca di toko bukunya itu. Sesekali
aku juga meminjam buku-buku di sana untuk dibacakan kepada adik-adikku yang
masih kecil. Mereka sangat senang mendengarkanku mendongeng sebelum mereka
tidur.
Gabriel itu sangat baik kepada semua orang. Hanya itu yang aku tahu selama
berteman dengannya. Tapi, lama kelamaan, aku menemukan sisi lain dari penjaga
toko buku langgananku itu. Sisi yang membuatku bangga kepadanya.
Waktu itu, aku baru saja pulang sekolah. Niatnya sih, ingin buru-buru
karena harus menjemput adikku di tempat penitipan anak. Tapi, niatku terhenti
ketika melihat Gabriel sedang menolong anak jalanan. Ia memberikan seorang
pengamen kecil dan teman-temannya beberapa lembar uang dan satu kantong plastik
kepadanya.
“Hei.” sapaku setelah pengamen kecil itu pergi dari Gabriel.
“Oh, Ray, kebetulan sekali bertemu denganmu di sini.” katanya sambil
tersenyum.
Aku ikut tersenyum. “Aku boleh bertanya?”
“Kenapa?”
“Kenapa kau menolong anak-anak itu?” tanyaku ingin tahu. “Bukannya hidupmu
juga sudah berkekurangan? Kalau kau memberikan uang kepada mereka, bagaimana
dengan keluargamu?”
Gabriel tersenyum. “Bunda memberiku nama Gabriel agar aku bisa seperti
malaikat Gabriel yang memberitakan kabar gembira kepada banyak orang.”
Aku mengernyitkan dahinya heran. “Maksudmu?”
“Hidup berkekurangan tidak akan menghambatku berbuat baik. Lagipula, semua
manusia memang wajib berbuat baik kepada semua orang, kan?” kata Gabriel sambil
menepuk pundakku pelan. Setelah itu, dia langsung meninggalkan aku yang
tertegun sendiri menatap kepergiannya, sebelum akhirnya aku tersenyum. Harusnya
aku malu karena sudah berpikiran sempit.
THE END...
Tuliskan komentar kalian di bawah,
Nantikan ceritaku selanjutnya!
Cerita yang sangat bagus...terima kasih saya senang berkunjung di blog anda
BalasHapusCerita yang sangat sangat bermanfaat jangan lupa mampir juga kesini hehe
http://seputarkomentar.blogspot.com/
ahh jika setiap orang punya sifat yang seperti itu
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusBaguuuus
BalasHapus