Senin, 02 Maret 2015

Drabble | Toko Buku Seorang Malaikat


Setiap pagi aku selalu datang ke toko buku yang ada di dekat sekolahku itu. Selain karena buku-bukunya yang lengkap, aku selalu mendapatkan ketenangan tersendiri jika berada di sana. Biasanya, aku bisa menghabiskan waktu sampai dua-tiga jam hanya untuk membaca buku-buku cerita pendek yang kebetulan sudah tidak tersegel plastik. Mungkin dalam sepuluh kali datang, hanya dua kali saja aku membeli buku. Bukannya bermaksud apa-apa, tapi ekonomiku sebagai pelajar SMA tentu tidak terlalu banyak. Untungnya, penjaga toko buku tersebut tidak keberatan memiliki pelanggan sepertiku.

Ya, laki-laki yang sudah lama menjaga toko buku itu memang sudah mengenalku. Kronologi perkenalan kami dulu masih sangat membekas di pikiranku. Ketika aku sedang diam-diam membaca buku dan tiba-tiba dia menghampiri dan menepuk pundakku. Aku pikir dia ingin memarahiku karena aku hanya datang untuk membaca, tapi ternyata tidak. Dia justru tersenyum.
“Kau suka buku cerita anak-anak?” tanyanya dengan ramah.
Aku hanya mengangguk ragu. Masih tak mengerti dengan maksudnya.
“Pantas saja aku sering melihat kau membaca buku di sini,” katanya lagi sambil tertawa. “Tenang saja, aku bukan tipe penjaga toko yang galak. Aku justru senang jika ada yang menyukai bukuku.”
Aku tersenyum. “Kupikir kau keberatan aku curi-curi baca terus.”
Ia tersenyum kembali. “Sama sekali tidak. Bacalah sepuasmu. Lagipula, aku tidak hanya ingin menjual buku-buku di sini. Aku juga membiarkan anak-anak yang kurang mampu membaca di sini, atau bisa meminjamkannya kepada mereka dengan uang seribu.”
“Sama saja kau mencari penghasilan, seharusnya tidak ada pelanggan yang sepertiku,” kataku. Kemudian mengulurkan tangan. “Aku Ray. Kau?”
Ia membalas uluran tanganku. “Gabriel.”
Semenjak hari itu, aku dan Gabriel menjadi teman baik. Dia sering bercerita bahwa toko bukunya itu dibangun karena keluarganya yang butuh penghasilan lebih banyak. Ayah dan Bundanya hanya menjual nasi uduk di sekitar komplek, sementara adiknya, Tania, sebentar lagi harus masuk sekolah. Untunglah Gabriel selalu menabung sejak kecil, sehingga ketika dia lulus SMP, daripada diam saja karena tak bisa lanjut sekolah, dia memutuskan untuk menyewa tempat ini sebagai toko bukunya.
Aku juga tak harus gelisah jika mau mencuri-curi baca di toko bukunya itu. Sesekali aku juga meminjam buku-buku di sana untuk dibacakan kepada adik-adikku yang masih kecil. Mereka sangat senang mendengarkanku mendongeng sebelum mereka tidur.
Gabriel itu sangat baik kepada semua orang. Hanya itu yang aku tahu selama berteman dengannya. Tapi, lama kelamaan, aku menemukan sisi lain dari penjaga toko buku langgananku itu. Sisi yang membuatku bangga kepadanya.
Waktu itu, aku baru saja pulang sekolah. Niatnya sih, ingin buru-buru karena harus menjemput adikku di tempat penitipan anak. Tapi, niatku terhenti ketika melihat Gabriel sedang menolong anak jalanan. Ia memberikan seorang pengamen kecil dan teman-temannya beberapa lembar uang dan satu kantong plastik kepadanya.
“Hei.” sapaku setelah pengamen kecil itu pergi dari Gabriel.
“Oh, Ray, kebetulan sekali bertemu denganmu di sini.” katanya sambil tersenyum.
Aku ikut tersenyum. “Aku boleh bertanya?”
“Kenapa?”
“Kenapa kau menolong anak-anak itu?” tanyaku ingin tahu. “Bukannya hidupmu juga sudah berkekurangan? Kalau kau memberikan uang kepada mereka, bagaimana dengan keluargamu?”
Gabriel tersenyum. “Bunda memberiku nama Gabriel agar aku bisa seperti malaikat Gabriel yang memberitakan kabar gembira kepada banyak orang.”
Aku mengernyitkan dahinya heran. “Maksudmu?”
“Hidup berkekurangan tidak akan menghambatku berbuat baik. Lagipula, semua manusia memang wajib berbuat baik kepada semua orang, kan?” kata Gabriel sambil menepuk pundakku pelan. Setelah itu, dia langsung meninggalkan aku yang tertegun sendiri menatap kepergiannya, sebelum akhirnya aku tersenyum. Harusnya aku malu karena sudah berpikiran sempit.

THE END...
Tuliskan komentar kalian di bawah,
Nantikan ceritaku selanjutnya!

4 komentar:

  1. Cerita yang sangat bagus...terima kasih saya senang berkunjung di blog anda
    Cerita yang sangat sangat bermanfaat jangan lupa mampir juga kesini hehe
    http://seputarkomentar.blogspot.com/

    BalasHapus
  2. ahh jika setiap orang punya sifat yang seperti itu

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus

Makasih ya udah baca cerpenku. Silahkan tinggalkan komentar kamu ya.
Semua kritik dan saran aku terima. Pujian juga boleh :p