Minggu, 23 November 2014

Cerbung | Impian Bola Basket Part 27


Gabriel, Rio dan Ray hari ini pulang bersama karena mereka ingin berkumpul lagi di rumah Ray. Diceramahi Pak Jo belakangan ini menjadikan kepala mereka sangat pusing. Kolam berenang di rumah Ray bisa dijadikan refreshing sejenak sebelum lanjut bertanding lagi besok. Namun, tiba-tiba Ray merasa panik karena menyadari ada sesuatu yang hilang.

“Guys, kalian pergi duluan saja ke rumahku. Sepertinya ada barang yang ketinggalan di GOR tadi. Ada Mama kok di rumah. Tunggu aku di rumah, oke?” kata Ray buru-buru. Tanpa menunggu jawaban Gabriel dan Rio, ia langsung berbalik pergi.
“Barang sepenting apa sampai buru-buru begitu?” tanya Gabriel heran.
“Entah,” kata Rio mengangkat bahu. “Sudahlah, ayo pergi.”
Gabriel dan Rio lanjut berjalan ke rumah Ray yang memang tak jauh dari GOR. Sementara itu, Ray berlari cepat hingga sampai di GOR dalam waktu yang sangat singkat. Keringat yang sudah ia hapus tadi seusai pertandingan menjadi banjir kembali karena ia berlari. Tapi, ia tak perduli, yang penting ia dapat mengambil kembali barang yang tertinggal di ruang ganti. Masalahnya, yang tertinggal itu ponselnya.
Ia segera pergi menuju ruang ganti yang untungnya belum dikunci. Namun, sebelum ia sempat masuk, ia mendengar suara seseorang sedang berbicara di dalam. Dengan penuh hati-hati ia tetap berdiri di luar dan memasang telinga baik-baik. Ada dua orang laki-laki di sana. Satu orang dari mereka sudah pasti BD, ia sudah sangat mengenali fisiknya. Tapi, satu orang lagi, Ray tak sempat melihat dengan jelas karena ia harus cepat-cepat bersembunyi. Mereka terdengar sedang berbicara sesuatu.
“Bagus juga kau. Bisa membuat Cakka tak bisa bermain di pertandingan,” kata orang yang bersama BD itu. Kemudian, ia tertawa. “Sepertinya hasutanmu itu berguna sekali untuk bocah-bocah tak berguna itu.”
“Tentu saja. Mereka itu bodoh, mau saja aku hasut. Padahal aku hanya membual soal kejelekan Cakka itu. Tak kusangka, mereka justru memudahkanku,” kata BD ikut tertawa. “Hei, Rel, bagaimana dengan pertandinganmu?”
Ray mengerutkan dahinya di balik pintu. Rel? Panggilan itu terasa tidak asing di telinganya. Sepertinya ada yang tidak beres. Apa maksudnya dengan hasutan dan bocah-bocah tak berguna?
“Tentu saja menang. Sebentar lagi kita akan bertemu di lapangan, bro. Aku benar-benar lega kau datang ke Jakarta di saat yang tepat,” kata orang itu lagi. “Setidaknya kita bisa saling membantu. Kau tak akan dipandang buruk oleh keluargaku. Dan aku tak akan dipandang buruk oleh Papaku lagi.”
“Ya, tentu saja. Aku senang bisa membalaskan dendammu kepada CRAG Team, Verrell Simonius Charell. Bersiap saja untuk melawanku di pertarungan antar sepupu nanti.” kata BD. Kemudian, mereka langsung melakukan high five.
What?!, batin Ray kaget di balik pintu. Seketika semuanya menjadi jelas. Pantas saja semua ini tak pernah bisa selesai. Ini bukan persoalan CRAG Team dengan BD saja. Tapi Verrell yang menjadi sumber masalah. Pantas saja sifat BD mirip dengannya. Ternyata saudaraan!
Ray segera bersembunyi begitu mendengar suara langkah kaki dari dalam. Ia mengunci mulutnya dan memastikan ia tak membuat suara sampai mereka berdua pergi. Setelah ia memastikan bahwa ia sudah aman untuk keluar barulah ia beranjak dari tempat persembunyiannya, cepat-cepat mengambil ponselnya yang tertinggal dan segera meninggalkan GOR.
Sambil berjalan cepat, Ray menekan tombol-tombol pada ponselnya dengan kecepatan tinggi untuk menelepon seseorang. “Yo! Kau dan Gabriel cepat ke rumah Cakka! Sekarang! Aku tunggu kalian di sana!”

J L J

Ray mengatur nafasnya begitu ia sampai di rumah Cakka. Untungnya Rio dan Gabriel telah sampai terlebih dahulu sebelum dia tiba. Ia langsung menghampiri kedua anak kembar itu yang sudah berdiri di depan pintu rumah.
“Kalian sudah lama? Maaf kalau membuat kalian menunggu.”
Rio dan Gabriel sampai menggelengkan kepalanya melihat tingkah Ray.
“Kau itu kenapa? Menyuruh kami menunggu di rumahmu dan tiba-tiba menyuruh kita ke sini. Orang tuamu juga sampai heran dengan tingkahmu.” tanya Rio penasaran.
“Maaf merepotkan kalian, Yo, Yel. Ada hal penting yang harus kita bicarakan bersama-sama. Dengan Alvin dan Cakka juga. Karena sepertinya aku sudah tahu bagaimana masalah persahabatan kita bisa menjadi seperti ini.” kata Ray.
“Ah, terserah kau,” kata Gabriel sambil menjitak kepala Ray. Kemudian, ia langsung mengetuk pintu rumah Cakka.
Tak butuh waktu lama untuk menunggu Cakka membuka pintu. Ia tampak kaget melihat Ray, Rio dan Gabriel berada di depan rumahnya. Saking kagetnya, mulutnya hampir tak bisa bergerak.
Ray tersenyum melihat reaksi Cakka. Ia bisa maklum mengapa dia bisa canggung. “Kka, apa kau sedang sibuk? Kami ingin bicara denganmu. Kalau... kau tak keberatan.”
“Oh,” kata Cakka seketika kembali lagi ke bumi. “Boleh.”
Cakka membiarkan Rio, Ray dan Gabriel masuk ke dalam rumah dan mengikutinya ke dalam kamar. Bukan hanya Cakka saja yang kaget kedatangan tamu tak terduga, Rio, Ray dan Gabriel juga mendapatkan kejutan ketika melihat Alvin sedang duduk di tempat tidur Cakka. Begitu melihat mereka bertiga ada di depan kamar Cakka, Alvin langsung menatap mereka dengan wajah datar.
“Masuk saja.” kata Cakka berusaha mencairkan suasana. Ia menarik lengan Ray agar masuk ke dalam. Disusul dengan isyaratnya agar Rio dan Gabriel juga ikut masuk.
Mereka berlima duduk melingkar di atas karpet. Cakka, Alvin, Rio dan Gabriel hanya diam saja. Sementara Ray sibuk memainkan kedua tangannya, masih bersiap-siap untuk berbicara. Sesekali salah satu dari mereka juga menundukkan kepala karena tak tahu harus berbicara apa.
Ray menghela nafasnya setelah lelah mengunci mulutnya. “Sebelumnya, aku minta maaf kalau kedatanganku, Rio dan Gabriel mengganggu kalian, Guys. Ini benar-benar di luar rencana. Ada yang harus aku sampaikan kepada kalian berdua, Kka, Vin.”
Cakka mengangkat alisnya sebelah, meminta penjelasan.
“Kka, kau belum tahu kan, semenjak BD masuk ke kelas kita dan ekskul basket, dia selalu memojokkan kau di depan kami,” kata Ray. “Dan sekarang aku sudah tahu sebabnya!”
Alvin yang tadinya tidak tertarik langsung membesarkan matanya mendengar ucapan Ray. Ia memajukan posisi duduknya. “Apa? Kau serius?”
Ray mengangguk. “Mungkin kalian belum ada yang tahu soal ini. Tapi untung saja tadi aku kembali ke GOR karena ponselku. Tadi aku melihat BD sedang berbicara dengan seseorang. Kita ini tertipu, guys. Kita hanya dihasut oleh anak baru itu, supaya kita menjauhi Cakka!”
“Apa?” kata Gabriel mengerutkan dahinya. “Untuk apa dia melakukan itu?”
“Dia ingin membalas dendam kepada kita.”
“Dendam apa dia?” kini Rio yang berbicara. “Kenal saja baru berapa bulan!”
Ray menggeleng. “Bukan BD, Yo. Bukan BD yang dendam.”
“Lalu?”
“Sepupu BD yang dendam kepada kita,” kata Ray lagi. “Kalian pasti tak akan menyangka. Bahkan aku syok mengetahui hal ini. BD itu adalah sepupu Verrell, guys. Verrell Simonius Charell.”
“APA?!” teriak Cakka, Alvin, Rio dan Gabriel bersamaan. Ray spontan menutup telinganya karena volume suara mereka yang sedemikian nyaring hingga membuat telinganya hampir meledak.
“Berisik!” keluh Ray sambil menggembungkan pipinya sebal.
“Lagipula, kau memberi kejutan tak mengira-ngira! Kau tidak bercanda, kan, Ray? Ini tidak lucu! Verrell egois itu adalah sepupu BD?!” kata Rio yang duduk di sebelah laki-laki berambut cepak itu.
“Untuk apa aku bohong kepadamu, Yo? Makanya tadi aku buru-buru menyuruh kalian untuk buru-buru menuju kemari. Untuk membicarakan soal ini,” kata Ray. Rio manggut-manggut mengerti.
“Tapi, sepertinya Verrell dan BD tak hanya bermasalah dengan kita. Tapi, dengan keluarga mereka sendiri juga. Tadi aku dengar kalau Verrell dipandang buruk oleh Ayahnya. Dia pasti dimarahi karena waktu itu bermain kasar padamu, Kka.” kata Ray lagi.
“Ah, siapa peduli soal itu? Verrell memang pantas diberi pelajaran agar tidak bermain kasar. Aku justru merasa untung jika Ayahnya benar-benar memarahinya. Benar tidak?” kata Gabriel. Semuanya mengangguk mantap. Mereka semua tentu setuju dengan pernyataan itu.
“Tapi aku masih penasaran, Kka. Sebenarnya BD itu pernah berkata apa-apa atau tidak kepadamu? Kau tak tahu soal ini?” tanya Ray menoleh ke arah Cakka.
Cakka menggigit bibirnya ke dalam sejenak. “Kalian ingat saat aku menolak berkumpul di rumah Alvin, kan? Saat itu, BD mengajakku bertemu sepulang sekolah. Dan dia bilang padaku kalau dia tak suka aku masuk turnamen karena aku telah membuat keluarganya hancur.”
“Hancur? Benar-benar omong kosong. Justru dia dan Verrell sendiri yang membuat keluarganya seperti itu,” kata Gabriel menggelengkan kepalanya. “Lalu, apalagi yang dia katakan?”
“Dia akan memastikan tak ada yang mau bekerja sama denganku dalam tim.”
Alvin langsung menatap Cakka dengan wajah protes. “Hei, Chase Karayne, kau ini memang terlalu tertutup. Kenapa kau tak pernah bercerita kepada kami? Ah, andai saja waktu itu kau terbuka, kita tidak akan bertengkar.”
Cakka tertawa kecil mendengarnya.
“Tertawa lagi!” kata Alvin langsung menjitak pelipis Cakka. Kemudian, menggelengkan kepalanya melihat tingkah adik kelas sekaligus sahabatnya itu. Memang benar-benar.
“Sudah, sudah. Semuanya sudah terjadi,” kata Rio sambil tertawa. “Yang penting sekarang semua sudah jelas. Kita semua salah telah memecah persahabatan.”
“Ya, dan kapten kita ini juga bukan sengaja menghindari kita. Tapi, sangat sibuk menjaga Ayahnya. Kalian harus tahu kalau beberapa waktu yang lalu beliau sakit, makanya Cakka sampai bolos latihan,” kata Alvin sambil merangkul Cakka. “Maaf juga waktu itu aku membentak kalian. Aku hanya terlalu emosi.”
Gabriel menggelengkan kepalanya. “Kau bukan emosi. Tapi, kau bijaksana. Kau hanya tak ingin kita bertengkar lebih dalam lagi. Sama seperti kau yang kami kenal.”
Alvin tersenyum, kemudian mengulurkan tangannya. Gabriel langsung membalasnya kuat. “Terima kasih, Yel.”
“Jangan lupa, lain kali terbukalah kepada kami. Kau tahu begitu banyak tentang kesibukan Cakka tapi tidak bercerita pada kita. Kau membuat masalah menjadi rumit, tahu! Tenagaku habis karena bertengkar denganmu!” kata Gabriel.
“Itu derita kau, Gabriel Astroken.” kata Alvin mencibir.
“Jahat kau, kakak kelas!” kata Gabriel tertawa sambil mendorong bahu Alvin pelan. Tapi, Alvin hanya nyengir melihat tingkah sahabatnya itu.
“Kau juga, Kka. Aku tahu kau ingin menebus segala kesalahanmu terhadap Ayahmu, tapi kau juga harus fokus dengan kami. Kau yang bilang kalau kita akan berjuang bersama sampai kapanpun. Kapten kok bolos tanpa keterangan!” kata Ray sambil menggelengkan kepalanya.
Sama seperti Alvin, Cakka juga hanya nyengir.

J L J

Final Four!
CRAG Team dari SMP Idola yang kini telah bersatu kembali jelas mengejutkan hampir semua orang. Terutama BD. Tapi, CRAG Team jelas tidak memperdulikan apapun kecuali impian mereka yang sudah ada di depan mata. Seperti biasanya mereka berembuk dan melakukan yel-yel sebelum pertandingan. Selain untuk impian, mereka juga ingin menang untuk tim putri yang ternyata terkena sial di Final Four karena bertemu dengan lawan yang kuat.
Strategi CRAG Team kali ini telah berubah kembali menjadi strategi kebersamaan. Strategi Gabriel untuk menyingkirkan Cakka resmi dimusnahkan sehingga kini BD yang harus duduk di bangku cadangan. Selain Pak Jo, para penonton terutama pendukung CRAG Team juga heboh karena kembalinya aura semangat positif dari CRAG Team. Dua kuarter pertama pertandingan menunjukkan banyak keunggulan dari tim Cakka dan teman-temannya.
“Kka!” seru Ray melempar bolanya menuju Cakka.
“HUP!” dengan sigap Cakka menangkap bola tersebut dan langsung mendribel sementara ia mencari teman-temannya yang bisa membantunya. Ia berkelit beberapa kali untuk melarikan diri dari hadangan lawan.
“Cakka!” tiba-tiba dari arah kanan Alvin mengangkat kedua tangannya meminta bola. Tanpa banyak berpikir lagi, Cakka langsung melempar bola tersebut dengan chest pass. Ia memantulkan bola basketnya tepat dari dadanya dengan jarak yang cukup jauh untuk mengoper kepada Alvin.
Alvin yang notabene sudah tak jauh lagi dari ring basket langsung mendribel dengan cepat untuk bersiap-siap menembak. Sementara anggota CRAG Team yang lain otomatis langsung defense untuk melindungi Alvin dari hadangan lawan, sekaligus mengikuti gerakan Alvin.
“Gabriel!”
Gabriel menangkap bola basket dari Alvin dan langsung mendribelnya sejenak sebelum akhirnya ia menembak dari jarak dekat. Masuk! Dua angka untuk CRAG Team! Suara heboh dari para pendukung langsung meningkat. Papan skor berubah menjadi 35-15 untuk keunggulan CRAG Team.

J L J

Angka terus bergerak cepat seiring berjalannya waktu. Suara-suara penonton juga semakin lama menjadikan GOR semakin panas. Keringat yang bercucuran di tubuh setiap pemain juga semakin banyak. Kini mereka sudah sampai di kuarter terakhir dengan skor yang cukup besar. Keunggulan sekarang berpindah ke SMPN 50. Selisih skor mereka cukup tipis. Dengan sisa menit yang bisa dibilang sedikit, CRAG Team harus terus mengejar dan mencegah lawan untuk mencetak skor lagi agar selisih tak semakin besar.
“Gab!” teriak Rio segera mengoper jarak jauh.
Gabriel langsung mendribel bola sejenak dan langsung mendribel ke Cakka yang ada di dekatnya. “Shoot!!”
Tanpa banyak bicara, Cakka langsung melempar bola tersebut dengan cepat. Masuk! Tiga angka untuk CRAG Team! Papan skor berubah menjadi 55-54 untuk keunggulan CRAG Team kembali.
“Bagus! Pertahankan, CRAG Team!” seru Pak Jo nyaring.
“CRAG Team! CRAG Team! CRAG Team!” seru para pendukung semangat.
Tersisa tiga menit lagi untuk mempertahankan keunggulan. Dan selama itu pula kedua tim basket terus-terusan berusaha untuk kejar-kejaran angka, memperebutkan posisi untuk masuk babak final. Dengan nafas yang sudah terengah-engah mereka melanjutkan pertandingan sambil menyemangati diri mereka masing-masing dalam hati. Hingga pada akhirnya...
PRIIIIIIIIIIIT....!!!!!!! Peluit berbunyi keras tanda bahwa pertandingan telah berakhir. Penonton bersorak gembira karena salah satu dari mereka telah berhasil maju ke babak selanjutnya.
“Kita masuk final! Kita masuk final!” seru Ray langsung menghampiri teman-temannya dan memeluk mereka semua sambil meloncat-loncat girang. Cakka dan yang lainnya juga senang bukan main. Mungkin hanya BD satu-satunya orang yang tidak senang atas kemenangan itu karena ia tak diturunkan untuk bermain. Sama sekali.
“Selamat, guys,” kata salah satu pemain SMPN 50 menjabat tangan satu-satu tim basket SMP Idola. “Semangat kalian luar biasa. Semoga kalian menang melawan SMPN 1.”
“Terima kasih!”
Cakka, Alvin, Rio, Ray, Gabriel berdiri melingkar setelah para pemain SMPN 50 berpamitan kepada mereka. Setelah mereka mampu menetralisir perasaan bahagia mereka masing-masing, Cakka angkat bicara.
“Teman-teman, kita sudah masuk final. Aku ingin kalian berjanji, di pertandingan besok, kalian harus lebih semangat daripada hari ini. Lupakan segala pikiran bahwa kalian harus menang atau harus masuk DBL. Apapun yang terjadi besok, itu adalah hasil jerih payah kita,” kata Cakka. “Janji?”
Semuanya mengangguk, setuju dengan ucapan Cakka.
Kelima anggota CRAG Team menumpukkan tangan mereka di tengah. Dan akhirnya dengan penuh semangat mereka mengangkat tangan mereka semua sambil berteriak senang, “CRAG Team, Friends Till The End!


TO BE CONTINUED...
Penasaran? Baca sampai tamat ya!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makasih ya udah baca cerpenku. Silahkan tinggalkan komentar kamu ya.
Semua kritik dan saran aku terima. Pujian juga boleh :p