Jumat, 17 Oktober 2014

Drabble | #KAUDANAKU


Cakka menghela nafasnya lega ketika melihat satu kafe lagi yang belum didatanginya hari ini. Ia menepuk dahinya pelan ketika menyadari bahwa ia belum masuk ke dalam kafe tersebut. Dari sekian banyak kafe yang sudah ada di daftar tongkrongannya, kenapa dia tak terpikir untuk nongkrong di kafe itu saja? Benar-benar bodoh!

Tanpa banyak bicara lagi ia langsung berjalan menuju kafe tersebut. Kebetulan salah seorang pelayan di sana memunculkan wujudnya di depan pintu kafe yang bertema klasik tersebut.
“Mas Elang!” serunya sambil tersenyum.
Pelayan tersebut menoleh ke arahnya ketika sadar namanya dipanggil. Ya, Cakka sangat mengenal pelayan tersebut. Faktanya dia sudah kenal dengan pria kurus itu lebih dari lima belas tahun. Sudah selama itu pula dia memiliki gelar sebagai kakak kandungnya.
“Hei, kau sudah pulang!” katanya sambil tersenyum.
“Ya. Boleh aku duduk sebentar di kafemu?”
“Kafeku sudah akan ditutup.”
“Ah, ayolah, Mas. Sebentar saja.” kata Cakka memelas.
Elang langsung menjitak kepala Cakka melihat ekspresi wajah adiknya. Selalu saja memasang tampang memelas jika ada maunya. Benar-benar masih kekanak-kanakan. “Memangnya kau ingin melakukan apa? Tugas?”
“Pokoknya ini darurat, Mas!” kata Cakka menggembungkan pipinya cemberut.
“Hm.” kata Elang sambil menggelengkan kepalanya. Ia mengacak-acak rambut adiknya sejenak kemudian mempersilahkannya masuk. Cakka langsung girang dan masuk ke dalam kafe dengan semangat. Elang yang melihatnya hanya bisa tersenyum sambil menggelengkan kepala dan melanjutkan pekerjaan membersihkan kacanya.
Sejak kecil Cakka memang selalu begitu. Ada saja akalnya jika sudah berkeinginan kuat. Tak perduli jika semua orang menganggap keinginannya itu konyol, dia selalu mencari cara agar ia benar-benar dapat mencapai apa yang dia mau. Elang bukannya tak ingin mengizinkan, tapi Cakka itu lebih sering memiliki akal-akal aneh daripada normal, seperti...
“Cakka!” seru Elang ketika melihat adiknya sedang duduk di salah satu meja. Sambil memainkan laptopnya ia menghabiskan begitu banyak makanan. “Hei, kenapa kau menghabiskan sebanyak ini? Apa kau punya uang cukup untuk membayar semuanya? Lalu, maksudmu tadi...?”
Cakka tertawa ketika melihat kakaknya. Ia mengangkat telunjuk dan jari tengahnya kepada Elang. Ia langsung bercerita bahwa manager kafe yang memberikan semua makanan itu secara cuma-cuma dengan sedikit rayuan dari Cakka. Benar-benar nakal. Memang sih, manager kafe sudah mengenal Cakka karena ia sering mengunjungi kakaknya di sana, tak disangka ternyata Cakka memanfaatkan kesempatan itu.
Elang menggelengkan kepalanya. Ia segera membereskan piring-piring kosong yang berantakan di mejanya. “Bilang saja kau lapar. Pakai memelas darurat padaku pula. Cepat kerjakan tugasmu! Menyusahkanku saja.”
Cakka hanya nyengir melihatnya.

THE END...
Tuliskan komentar kalian di bawah,
Kalau mau request cerpen silahkan ya :)
Nantikan ceritaku selanjutnya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makasih ya udah baca cerpenku. Silahkan tinggalkan komentar kamu ya.
Semua kritik dan saran aku terima. Pujian juga boleh :p