Jumat, 04 Juli 2014

Drabble | Gabriel Astroken



Gabriel Astroken tersenyum menatap seseorang yang duduk di hadapannya. Sudah berkali-kali ia menemui orang itu karena satu dan dua hal. Namun, ia tak juga jera untuk menghadapinya. Sejak kecil, Gabriel sangat suka dengan perdamaian dan kebahagiaan. Dia akan melakukan apapun yang ia bisa agar dia bisa menyebarkan dua hal tersebut kepada orang-orang di sekitarnya. Karena itulah ia sudah terbiasa menjadi penengah bagi teman-temannya sejak ia masih kecil.

Baginya konflik-konflik yang terjadi di dunia ini adalah hal yang sangat menguntungkan dirinya. Semua hal yang dialami oleh dirinya maupun teman-temannya selalu bisa menjadi pelajaran untuk kehidupan dan menjadikannya orang yang lebih baik lagi. Dengan melihat dan mengatasi berbagai konflik kecil di rumah, sekolah maupun di masyarakat, ia bisa mengetahui hal-hal mana yang baik juga yang buruk. Dan itu akan membantunya agar tidak mengulangi kesalahan yang telah dilakukan orang lain.
Dan laki-laki yang ada di hadapannya ini adalah salah satu orang yang akan mengajarkannya berbagai hal. Seragam sekolahnya yang berantakan, rambutnya yang tak disisir rapi dan juga wajahnya yang datar tanpa ekspresi. Fisiknya jelas mencerminkan karakter seorang preman. Tapi, Gabriel takkan pernah takut dengannya sekalipun teman-temannya mengatakan bahwa dia adalah anak yang berani terhadap apapun.
“Kau selalu menghalangi semua rencanaku.” kata laki-laki itu, tidak perduli Gabriel bertanya mengapa ia membuat ulah lagi hari ini saat jam istirahat sekolah. Ia merasa selama ini Gabriel terlalu ikut campur dengan semua yang ia lakukan.
“Karena aku tahu semua rencanamu itu memicu pertengkaran.” kata Gabriel tenang kepadanya. “Chase Karayne, bukankah aku sudah berkali-kali berkata kepadamu, hidupmu akan jauh lebih bahagia jika kau bersahabat dengan semua orang di sekolah ini.”
Laki-laki itu mendengus kesal. “Dan aku sudah berkali-kali mengatakan kepadamu bahwa kau tak berhak mengaturku seenaknya dengan ceramahanmu itu. Kau pikir kau siapa?”
“Aku tidak berhenti berceramah jika kau tidak menghentikan hobimu menimbulkan pertengkaran dengan orang lain di sekolah ini.” kata Gabriel tidak perduli. Ia tetap tenang dan tersenyum kepada laki-laki itu.
“Huh, terserah kau! Aku tidak akan merubah sikapku sedikitpun!” Chase Karayne segera bangkit dari kursinya dan segera meninggalkan ruangan. Sementara Gabriel hanya diam melihat kepergiannya. Ia tetap tenang sampai dia membanting pintu ruangan.
Mungkin butuh beberapa waktu lagi untuk mengubahnya, kata Gabriel sambil membetulkan kacamatanya. Kemudian, dia kembali sibuk dengan buku yang sedang dibacanya tadi, sebelum mengetahui Chase Karayne lagi-lagi harus masuk ke dalam ruangan.
Sementara itu, Cakka berjalan menuju kelasnya dengan langkah sebal. Ia benar-benar tak mengerti. Mengapa semuanya tunduk kepada Gabriel Astroken itu? Padahal, ia hanyalah seorang manusia yang tak lebih daripada laki-laki yang selalu mengurusi urusan orang lain. Padahal hidupnya sendiri belum tentu sempurna. Huh, dasar guru BK menyebalkan!

THE END...
Well, ada yang tertipu? Haha :)
Tuliskan komentar kalian di bawah,
Nantikan ceritaku selanjutnya!

1 komentar:

Makasih ya udah baca cerpenku. Silahkan tinggalkan komentar kamu ya.
Semua kritik dan saran aku terima. Pujian juga boleh :p