Selasa, 08 Juli 2014

Cerpen | Anak-Anak Malaikat


Cerpen ini pernah dipost di blog Komunitas Cerita Penulis, mungkin di antara kalian yang pernah berkunjung ke sana pernah baca cerpenku yang ini :)







Kutatap jendela kamarku yang kini telah basah. Mulutku serasa terkunci dengan sejuta gembok. Bau hujan mulai terasa menusuk ke dalam indera penciumanku. Rasanya sudah lama tidak melihat hujan. Semenjak aku merasakan kehilangan yang begitu dalam waktu itu, rasanya langit cerah terus. Tapi, hari ini ia kembali turun dengan derasnya.
Kulangkahkan kakiku menghampirinya. Secara perlahan-lahan kuangkat tanganku untuk mendekati kaca jendela. Dingin. Itu yang pertama kali kurasakan ketika aku berhasil menyentuhnya. Perasaan itu kemudian melayangkan pikiranku terbang menuju tempat dimana aku mengawali hidupku dengan penuh kebahagiaan.

Sekitar tujuh belas tahun kurang dua hari yang lalu, seorang ibu telah melahirkanku dengan penuh perjuangan. Aku pernah dengar, katanya ia harus menjalankan operasi yang begitu berbahaya. Dengan didampingi seorang dokter dan beberapa suster, ia mengalirkan air matanya sambil berusaha mengeluarkanku agar aku bisa melihat dunia. Melahirkan seorang aku harus mempertaruhkan nyawa katanya.
Nadia Angel Prastanti. Nama yang begitu indah menghiasi hatiku selama ini. Kau tahu? Dia adalah perempuan paling hebat yang pernah kutemui. Dengan wajah bulat penuh senyuman, ia memperlihatkan tatapan teduh itu setiap hari. Badannya yang begitu langsing tak pernah absen memelukku. Kedua tangannya lembutnya selalu mengacak-acak rambutku dengan rasa sayang. Suaranya yang begitu manis selalu memanggil namaku.
“Aku merindukanmu.” Suaraku tiba-tiba gatal ingin memanggilnya.
Entah sudah yang ke berapa kali aku mengucapkan dua kata itu. Yang pasti, aku selalu mengatakannya jika aku melihat hujan. Ia terlalu banyak memberikanku kenangan manis di masa lalu. Andai saja aku bisa merasakannya sampai saat ini. Andai saja rasa bahagia itu tak harus terpaksa berhenti sampai di hari ia meninggalkan luka dalam hati ini.
“Bu, apa Ibu lebih senang berada di alam sana daripada bersamaku?”
Pertanyaan bodoh itu lagi-lagi muncul dalam benakku. Sudah bertahun-tahun aku duduk di ambang jendela kamar ini setiap rumahku sepi tak berpenghuni. Rasa kesepian yang selama ini jauh dariku selalu mendatangiku setiap kali aku berada di sini. Dia senang sekali menari-nari di antara diriku, menertawakanku yang kini telah ditinggal sendiri.
“Bu, dua hari lagi aku sudah berumur tujuh belas tahun. Malaikatmu akan segera dewasa. Apakah Ibu senang?”
Ah, andai saja Ibu dapat mendengar pertanyaanku. Padahal, aku ingin sekali merayakan hari ulang tahun paling berhargaku bersamanya. Meniup lilin bersamanya. Bersenang-senang bersamanya. Namun, takdir sudah menjawab semuanya. Ia tak memihakku.
Kukatupkan kedua tanganku di depan dada. Kedua mataku yang sipit segera kupejamkan rapat-rapat. Diiringi dengan suara hujan yang begitu deras, suara lirihku segera berbicara dengan Tuhan, “Andai Engkau memberikanku satu kesempatan lagi untuk meminta, aku hanya ingin Engkau membahagiakan Ibu di surga.”
TAP... TAP... TAP...
Pendengaranku tiba-tiba menyadarkanku dari lamunan. Suara langkah laki seorang gadis kecil itu sukses membuatku menoleh. Dengan langkah riang ia menghampiriku, sepertinya ia baru saja pulang. Kedua tangan mungilnya segera memeluk tubuhku. Kepalanya menengadah menatapku. “Jangan sedih lagi, Kak Angel.”
Aku tersenyum menatap wajahnya. Arabilla Gabriel. Gadis berambut keriting cokelat itu baru saja memasuki umur delapan tahun. Aku ingat, dulu Ibu menamainya demikian karena Gabriel adalah salah satu nama malaikat yang membawa kabar gembira. Sebuah harapan yang begitu besar tersirat dalam nama adik kecilnya itu.
“Kak Angel tidak boleh sedih-sedih terus. Kak Angel itu malaikat Riel. Riel tidak ingin malaikat Riel bersedih.” katanya lagi dengan wajah cemas. “Jangan melamun melihat hujan lagi, Kak.”
Senyumku tidak pudar mendengar ucapannya. Rasanya terharu jika mendengar suaranya. Sampai sekarang, hanya dia satu-satunya harta yang aku miliki. Dia selalu ada untukku. Namun, sampai sekarang aku selalu melanggar kata-katanya. Aku mengerti, aku mengerti ia tak ingin aku selalu melihat hujan dengan pandangan yang sedih. Namun, semua kerinduan ini tak selalu bisa kutahan dalam hati. Ah, seharusnya aku merasa benar-benar beruntung memilikinya.
“Kamu juga malaikat Kak Angel, Riel.” jawabku. Kutundukkan badanku untuk menggendong badan mungilnya. Kemudian, aku kembali membalikkan badanku menatap jendela. “Kata Ibu, Ibu ingin sekali anak-anaknya tumbuh besar seperti malaikat. Mereka selalu membawa kebahagiaan untuk orang lain.”
Kedua tangan Riel segera memeluk leherku. Kepalanya segera ia sandarkan pada wajahku, menimbulkan rasa hangat pada pipi kananku. “Riel ingin membawa kebahagiaan untuk Kak Angel.”
Aku tersenyum. “Kak Angel juga, sayang.”
“Ibu bilang, Riel harus menjaga Kak Angel. Riel tidak boleh membuat Kak Angel sedih. Karena itu, Kak Angel jangan sedih lagi.” kata Riel dengan suara memelas.
“Kak Angel tidak akan bersedih lagi.” janjiku.
Bibir mungil gadis kecil itu tertarik membentuk senyuman mendengar ucapan kakaknya. “Janji?”
Aku tersenyum lagi, kemudian mengangguk. “Janji!”
Suasana hening sejenak. Kami berdua kembali menatap hujan yang tak kunjung berhenti juga. Rasanya berbeda. Perasaanku secara perlahan-lahan berubah. Rasa sepi yang selama ini menghantuiku entah kenapa tiba-tiba lenyap begitu saja. Rasa bersalah yang telah tertanam di dalam hati, tiba-tiba saja mendorongku untuk keluar dari kesunyian hidup.
“Kak Angel...” Riel tiba-tiba memanggil pelan namaku.
“Hm...”
“Besok lusa, Riel ingin merayakan ulang tahun Kak Angel dengan bahagia. Riel dan Ayah sudah mengundang banyak teman untuk datang ke rumah. Walaupun tidak ada Ibu, Riel ingin Kak Angel bisa merasakan kebahagiaan waktu Kak Angel berulang tahun. Kak Angel mau, kan?”
Aku tersenyum menatap adikku. 

THE END..
Tuliskan komentar kalian di bawah,
nantikan ceritaku selanjutnya!

1 komentar:

  1. Wah Lama-lama Anda terkenal nie.. Soalnya banyak banget cerpen nya

    BalasHapus

Makasih ya udah baca cerpenku. Silahkan tinggalkan komentar kamu ya.
Semua kritik dan saran aku terima. Pujian juga boleh :p