Minggu, 22 November 2015

Dialog - Matahari dan Malam


Matahari
Aku selalu ceria menghadapi semua yang ada di depanku. Setiap hari aku memberikan cahaya kepada semua orang yang membutuhkan semangat. Mungkin kalian tidak sadar, tapi dunia ini sangatlah indah dengan rumput hijau, udara segar dan burung-burung yang berkicau dengan merdu. Buatku, tak ada alasan untuk tidak menyukai kehidupan ini.
Aku memiliki banyak teman. Namun, aku paling dekat dengan temanku yang namanya Malam. Aneh bukan? Tapi, ini kenyataan. Aku mendengar tentangnya dari teman-temanku. Katanya, ia selalu bersedih. Banyak hal yang membuatnya tak semangat. Ia bahkan sama sekali tak mengerti kenapa aku sangat bersemangat menjalani hidup ini. Bagi Malam, kehidupan itu hanyalah suatu hal yang mengerikan. Gelap. Pedih.
Tapi, aku sangat suka mendengar cerita-ceritanya yang begitu menarik. Terkadang jika aku sedang sedih, ia bisa datang menghiburku. Ia selalu datang dimana kegelapan berada. Walau pada akhirnya, aku harus berpisah lagi dengannya ketika aku kembali mendapatkan kembali sinarku.
Waktu itu, dia pernah bertanya kepadaku. “Bukankah setiap kehidupan itu memiliki kesedihan? Bagaimana kalau kau kehabisan cahaya?”
Ya, memang. Setiap kehidupan itu pasti ada kesedihan. Akupun tak jarang menangis. Ketika aku sedih, pasti teman-temanku akan datang dan memanggilkan Hujan untukku. Tapi, tidak apa-apa. Bukankah kesedihanku terkadang membawa berkah kepada banyak orang? Aku bisa membantu orang-orang yang membutuhkan air. Dan aku tidak akan pernah kehabisan cahaya. Sedih itu hanya sesaat, setelah itu cahayaku pasti kembali terang.
“Lalu, kenapa kau harus senang dengan kehidupan jika kau tahu semuanya akan menjadi gelap sepertiku? Lihatlah, bahkan aku tak pernah bisa bangkit lagi. Aku tidak memiliki cahaya. Aku hanya hidup untuk membuat orang lain sedih, bukan?”
Lagi-lagi dia bertanya kepadaku. Benar-benar pertanyaan yang membuatku tersenyum. Aku mengerti, dia selalu berpikir bahwa kehidupan ini tak ada artinya. Tapi, ia melupakan sesuatu. Malam itu tidak selalu menyedihkan. Bahkan Malam itu adalah temanku yang paling hebat. Ia saja yang tidak menyadarinya.
“Kehebatan apa yang kumiliki? Kemanapun aku melihat, aku selalu melihat kegelapan.”
“Apa kau tidak tahu tentang cahaya kegelapan?”
“Cahaya kegelapan?”
“Kau sama sepertiku. Walau aku selalu bercahaya, aku juga bisa membuat orang sedih.”
“Maksudmu, aku juga bisa membuat orang senang?”
“Tentu saja!”
“Bagaimana caranya? Tidak mungkin mereka senang terhadap aku. Aku selalu sendiri.”
“Kau terlalu merendahkan dirimu! Bukankah kau selalu memiliki satu teman?”
“Siapa?”
“Bulan!”
Yap, Bulan. Itulah yang selalu dilupakan oleh Malam. Sama sepertiku yang selalu ditemani Pelangi setelah kesedihanku pergi, Malam selalu ditemani oleh Bulan setiap kali bertugas. Dia adalah sahabat Malam yang terlupakan.
Aku tidak pernah melupakan siapapun. Aku bahkan tak tahu Bulan itu siapa.”
“Bulan selalu ada di sampingmu. Ia setia menemanimu bersama rekannya, Bintang. Dia selalu tersenyum melihatmu walau kau tidak pernah menganggapnya ada.”

"Benarkah?"
“Kalau begitu, mulai sekarang, bertemanlah dengannya. Dia bisa menunjukkan bahwa kau indah. Lihatlah dia, sebelum ia pergi meninggalkanmu.”
Setelah percakapan itu berakhir, aku tak pernah lagi bertemu dengan Malam. Kami terlalu berbeda. Namun, bukankah perbedaan itu yang membuat kita bisa saling melengkapi? Aku senang bisa kenal dengannya. Ia telah mengajariku banyak hal. Bahwa kehidupan tidak pernah diprediksi. Lihatlah diriku. Aku mungkin selalu terlihat ceria, namun terkadang ada kalanya aku bersedih ditemani Hujan dan Pelangi. Sama seperti Malam yang selalu terlihat menyedihkan, namun tetap memiliki Bulan sebagai cahayanya. Penyemangatnya. Dan jika kami digabung menjadi satu, jadilah kehidupan manusia.

Memang sih. Bulan juga tidak selalu ada untuk Malam. Bintanglah yang lebih sering terlihat menghampiri Malam. Tapi, masing-masing dari mereka memiliki tugas sendiri. Mereka adalah satu. Bulan membantu Malam bersinar dalam kegelapan hidupnya, sementara bintang sebagai penunjuk arah, bagaimana Malam harus menjalankan hidupnya. Malam itu tak pernah sendiri, bukan?
Sama seperti kita yang tak bisa melihat semua hal dari satu sisi. Mungkin sisi ini sangat menyedihkan, namun selalu ada sisi lain yang menyenangkan. Kita tidak pernah sendiri di dunia ini. Setidaknya pasti ada satu orang yang tak pernah lelah tersenyum untuk kita. Sama seperti kesetiaan Bulan dan Bintang kepada Malam. :)

1 komentar:

Makasih ya udah baca cerpenku. Silahkan tinggalkan komentar kamu ya.
Semua kritik dan saran aku terima. Pujian juga boleh :p