Jumat, 11 Juli 2014

Cerpen | Story Of My Life (Sekuel)


Ini adalah sekuel dari cerpen Story Of My Life:



“Written in these walls
Are the stories that I can’t explain...”

Cakka tersenyum sambil melihat kembali gambar-gambarnya yang masih tertempel rapi di dinding kamarnya. Kini kisah hidupnya telah berjalan panjang. Namun, Cakka masih tetap mengingat apa yang telah dijalaninya selama empat tahun belakangan. Mulai dari awal dia menjadi bahan olok-olokan teman-teman satu kampusnya hingga ketika semuanya pelan-pelan mulai berubah.

Hari ini dia sudah resmi lulus kuliah dengan IPK yang sempurna, sesuai dengan harapan Ayah dan Bunda. Dia benar-benar bahagia mengingat senyum mereka yang terpancar di wajah mereka masing-masing ketika dia mengabarkan kabar gembira itu. Bahkan kakaknya yang dari dulu selalu mengejeknya langsung memeluknya erat-erat begitu tahu Cakka mendapatkan IPK 4.

Cakka masih ingat, dulu ia mengalami berbagai pengkhianatan teman. Salah satunya adalah Ray. Ya, teman yang telah menjauhinya karena kehadiran Rio yang begitu populer di kampusnya. Entahlah bagaimana dia sekarang. Semenjak ia bersahabat dengan Rio, dia tak pernah terlihat lagi di luar jam kuliah. Padahal, Cakka selalu berharap suatu hari Ray bisa bersahabat dengannya kembali, seperti dulu. Cakka merasa tidak mempunyai alasan untuk marah kepadanya. Penampilan Cakka memang seperti kebanyakan pelajar teladan. Dia juga tidak populer, bahkan sampai lulus kuliah ini. Ray tak salah mengatakan hal itu, karena memang itulah fakta kehidupannya.
Belum lagi Alvin yang beberapa bulan yang lalu juga sempat menjadi temannya, namun ia juga pergi meninggalkannya karena teman-teman Alvin yang lain mengejeknya karena berteman dengan anak cupu seperti Cakka. Kemudian, ada juga Gabriel, anak jurusan Psikologi kaya raya yang sempat ia temui di lift. Ia sempat ingin Cakka jadikan sahabat, namun ternyata orang tua Gabriel tidak mengizinkan anaknya bergaul dengannya karena penampilannya yang begitu ‘anak baik-baik’ dan kuno. Dan masih banyak lagi alasan aneh lainnya yang menghambat Cakka untuk berteman.
“Cakka.”
Cakka langsung membalikkan badannya begitu mendengar suara itu. Ia tersenyum ketika melihat kakaknya, Elang, sudah berdiri di ambang pintu kamarnya dengan baju rapi.
“Aku ingin ke Kasablanka dengan teman-teman band. Kau ingin ikut?” tanya Elang. Kakak semata wayangnya itu memang sudah sukses. Begitu lulus kuliah, dia membentuk band bersama teman-temannya dan segera melakukan promosi kemana-mana. Dan perjuangannya benar-benar tak sia-sia. Lihatlah bagaimana terkenalnya dia sekarang. Hampir setiap minggu dia harus keluar untuk tampil di berbagai acara. Bahkan terkadang ada juga penggemar-penggemarnya yang datang ke rumah.
“Kau tidak akan malu jika penggemarmu mengetahui kau memiliki adik yang cupu sepertiku?” tanya Cakka sambil tersenyum dan membetulkan letak kacamata tebalnya. Ah ya, benar. Cakka memang tak pernah mengubah penampilannya. Walaupun kacamata tebal dan ketidakpopulerannya itu selalu mengusik kebahagiaannya, namun mereka juga yang membuat Cakka bisa fokus belajar dan menjadi yang terbaik.
Elang tersenyum. “Aku bisa membantumu merubah penampilan jika kau tidak keberatan. Tapi, kalau kau tetap ingin tampil seperti itu, terserah kau. Bukan hakku untuk melarang.”
Cakka tertawa kecil, kemudian segera menyisir rambutnya yang agak berantakan. Sementara kakaknya masuk ke dalam kamar untuk mendekati adiknya, menunggu adiknya selesai merapikan diri. Ia melihat-lihat keadaan kamar adiknya yang benar-benar rapi. Selimut di tempat tidurnya tertata dengan rapi, barang-barang di meja belajarnya tidak berantakan dan lantainya bersih tanpa ada baju maupun barang-barang lainnya yang berserakan. Tapi, Elang menghentikan tatapannya pada dinding kamar yang penuh dengan kertas gambar.
Cakka yang menyadari kakaknya tercengang melihat ke arah dinding langsung menoleh ke arahnya. Sisir yang tadi dia pakai, dia letakkan kembali di dalam laci. “Itu adalah jalan hidupku.”
Elang menoleh ke arah adiknya. “Aku tak pernah tahu kau suka menggambar.”
Cakka tersenyum. “Sejak SMP aku selalu sendiri. Aku tak memiliki teman dekat karena aku begitu cupu. Aku juga tak bisa menceritakan keluh kesahku padamu karena kau selalu mengejek nilaiku yang naik-turun. Aku juga tak ingin mengkhawatirkan Ayah dan Bunda.”
“Gambar-gambar tersebut mewakili perasaanku selama ini, Mas. Dari gambar pertama, dimana aku mengalami pengkhiatan pertama kali saat SMP, hingga gambar yang diujung sana. Berakhir di gambarku yang bahagia karena bisa lulus kuliah.” kata Cakka. “Aku tidak tahu, dengan keberhasilanku ini apakah aku bisa berhasil menemukan sahabat di akhir jalan hidupku itu.”
Elang diam mendengarnya. Sungguh, dia benar-benar tak pernah tahu apapun tentang itu kalau Cakka tidak menceritakannya. Sejak dulu Cakka selalu tertutup kepada siapapun yang ada di dekatnya. Ia tak banyak bicara, yang ada di dalam pikirannya hanyalah membaca buku hingga ia bisa menjadi yang terbaik. Ternyata, inilah penyebabnya. 
Ia menepuk pundak Cakka pelan dan tersenyum. “Khusus untuk hari ini, kau mau tidak menjadi vokalis band aku?”

“The story of my life
I give her hope
I spend her love until she’s broke inside...”

J L J

Cakka tersenyum ketika menatap penonton yang menunjukkan berbagai ekspresi. Mereka jelas bingung melihat vokalis band kakaknya tiba-tiba diganti dirinya setelah dua lagu habis ‘dihajar’ mereka. Dan mungkin saja penampilan Cakka yang tetap memakai kacamata tebalnya beserta kaus dan celana panjang biasa juga menjadi alasan kedua mereka. Tapi, Cakka tetap tidak perduli. Yang terpenting saat ini adalah dia harus bernyanyi semampunya untuk menghargai keinginan kakaknya. Mulutnya tetap bersandung merdu dengan penuh penjiwaan.

Written on these walls are the colors that I can't change
Leave my heart open but it stays right here in its cage
I know that in the morning now I see us in the light upon a hill
Although I am broken, my heart is untamed, still

And I'll be gone, gone tonight
The fire beneath my feet is burning bright
The way that I been holding on so tight
With nothing in between

The story of my life
I take her home
I drive all night to keep her warm
And time is frozen

The story of my life
I give her hope, I spend her love
Until she's broke inside
The story of my life

Kebahagiaan Cakka bertambah ketika melihat hampir semua penonton menggerakkan mulut mereka seiring dia bernyanyi. Cakka senang sekali para penonton antusias ikut bernyanyi bersamanya sampai lagu selesai walaupun mereka tidak mengenal Cakka sama sekali. Benar-benar pengalaman yang begitu menarik seumur hidupnya. Cakka langsung membungkukkan badannya hormat kepada mereka begitu ia selesai bernyanyi. Kemudian, ia diam di tempat dan tersenyum lebar kepada mereka. Tampak Ayah dan Bunda yang menonton juga tersenyum bangga kepadanya.
Cakka mengatur nafasnya sejenak, kemudian mengangkat mikrofon yang ia pegang ke hadapan mulutnya kembali. “Ya. Nama saya Chase Karayne dan saya benar-benar berterima kasih kepada kalian yang sudah datang untuk menonton band kakak saya.”
“Ya, Ellose Angga Karayne adalah kakak saya satu-satunya. Dan saya sangat menyayangi dia. Mungkin kalau bukan karenanya, saya tidak akan bisa berada di sini. Lagu Story Of My Life yang baru saja saya nyanyikan adalah inspirator hidup saya. Dan saya harap kalian menikmati penampilan saya barusan. Maaf jika suara saya tidak sebagus kakak saya, karena saya pribadi tidak sehebat kakak saya dalam bidang musik. Tapi, bisa berkesempatan untuk melihat orang-orang yang selalu mendukung kakak saya adalah sebuah anugerah untuk saya.”
“Sekali lagi saya ucapkan terima kasih!” kata Cakka membungkuk hormat kembali kepada penonton. Kemudian dia menaruh mikrofon kembali pada tempatnya dan segera meninggalkan panggung. Ia juga menyempatkan diri untuk tersenyum kepada kakaknya ketika matanya bertemu dengan mata kakaknya. Acara waktu itu benar-benar lancar sampai selesai.
“Kau benar-benar hebat, Chase Karayne.” kata Elang mengacak-acak rambut adiknya dengan sayang di belakang panggung. Ia benar-benar lega ia menyuruh adiknya untuk bernyanyi di depan banyak orang. Hasilnya sama sekali tidak mengecewakan.
Cakka tersenyum mendengar pujian kakaknya.
“Kalau aku tahu kau memiliki adik yang pandai bernyanyi, mungkin Ferry bisa berkali-kali pura-pura sakit agar dia bisa menggantikannya. Aku yakin dia akan membawa band kita jauh lebih sukses lagi.” kata salah satu teman Elang yang bernama Talcha, memegang dram di bandnya.
Ferry yang notabene vokalis mereka yang memang terkenal banyak alasan diantara mereka langsung menjitak Talcha dengan cukup keras. “Aku tidak seburuk itu, tahu!”
Semua personel bandnya tertawa. Cakka juga tersenyum geli melihatnya.
“Hei, sebentar lagi pasti akan ada beberapa penggemar yang diperbolehkan masuk ke sini karena menang kuis dari kita. Mereka bisa meminta apa saja dari kami. Bagaimana kalau hari ini kau saja yang menanganinya?” tanya Ferry kepada Cakka. “Aku yakin kau sudah menjadi bintang baru untuk mereka.”
“Ide bagus! Tapi, seperti adikku perlu berubah penampilan.” kata Elang. Ia menoleh ke arah Cakka. “Aku tidak akan rela penggemar-penggemarku sampai kabur karena penampilannya yang begitu cupu.”
Cakka tertawa kecil mendengarnya. “Hari ini saja. Bagaimana?”
Elang mengangguk setuju. Kemudian, ia melepaskan kacamata Cakka dan segera menyuruhnya mengganti baju yang lebih bagus. Ternyata, diam-diam kakaknya membawa baju adiknya untuk keadaan tidak terduga. Cakka hanya bisa menurut dan menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah kakaknya itu.
Setelah selesai merapikan diri, ia menatap dirinya di cermin yang tersedia. Memang benar, setelah dia melepas kacamata, penampilannya jauh lebih baik. Setidaknya untuk orang lain yang melihatnya. Matanya juga tidak terlalu buram, ia masih bisa melihat dengan jelas. Dan sesuai permintaan Elang dan teman-temannya, ia harus siap melayani penggemar mereka dengan penampilan seperti itu.
 Sesuai dugaan Elang dan teman-temannya, beberapa orang yang masuk ke dalam belakang panggung tersebut langsung bingung begitu mereka mengatakan mereka akan mendapatkan pelayanan sepuasnya dari seseorang yang sedang merapikan diri di ujung ruangan. Cakka maksudnya. Tapi, begitu Cakka membalikkan badannya, mereka langsung terdiam seribu bahasa melihat penampilannya.
“Kaliankah yang harus kulayani hari ini?” tanya Cakka sambil tersenyum kepada beberapa gadis yang masuk tersebut. Yang ditanya justru mengangguk grogi, mereka tak menyangka bahwa itu adalah Chase Karayne yang memakai kacamata tebal tadi. Tapi, akhirnya mereka meminta tanda tangan, memuji suara Cakka dan berfoto ria dengannya.
Elang yang melihat semua itu hanya tersenyum. Setidaknya, setelah hari ini kehidupan keluarganya akan lebih baik. Ia juga akan berusaha menjadi kakak yang lebih baik untuknya. Tidak seperti dulu yang tak peka terhadap perasaannya. Cerita yang diutarakan adiknya di rumah tadi benar-benar membuatnya merasa bersalah. Mudah-mudahan dengan begini Cakka bisa sedikit demi sedikit mendapatkan kebahagiaan di akhir ceritanya. Seperti yang diinginkannya sejak dulu.
“Sebenarnya, masalah penampilanmu hanyalah kacamata tebalmu. Kalau kau melepas kacamatamu dan berpakaian rapi, aku yakin kau juga akan sepopuler aku. Seperti tadi contohnya.” kata Elang memberi pendapat ketika mereka sedang di mobil, perjalanan menuju restoran untuk makan malam bersama Ayah dan Bunda. Cakka sudah kembali memakai kacamata tebalnya.
 “Sepenting itukah popularitas dalam masa remaja?” tanya Cakka tanpa mengalihkan pandangannya dari buku novel yang sedang ia baca. Wajahnya tetap saja tampak serius melihat tulisan-tulisan di buku tersebut.
“Ah, kau tak akan mengerti karena kau terlalu cinta dengan buku pelajaran dan buku novel.” kata Elang sambil menjitak kepala Cakka pelan. Kemudian, mereka tertawa bersama. Ayah dan Bunda yang duduk di kursi depan tersenyum mendengar kedua anak laki-laki mereka bersenang-senang di kursi belakang.

Tuhan,
Terima kasih karena kau telah menyertaiku selama ini...
Akhirnya aku sampai di akhir ceritaku...
Pertanyaan besar yang ada di benakku kini telah terjawab...
Aku tidak hanya menemukan seorang sahabat...
Tapi aku juga menemukan seorang saudara...
Dan aku harap kebahagiaan ini bisa berlangsung selamanya...

 THE END...
Tuliskan komentar kalian di bawah,
nantikan ceritaku selanjutnya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makasih ya udah baca cerpenku. Silahkan tinggalkan komentar kamu ya.
Semua kritik dan saran aku terima. Pujian juga boleh :p