Ini adalah
sekuel dari cerpen Story Of My Life:
“Written in these walls
Are the stories that I can’t explain...”
Cakka
tersenyum sambil melihat kembali gambar-gambarnya yang masih tertempel rapi di
dinding kamarnya. Kini kisah hidupnya telah berjalan panjang. Namun, Cakka
masih tetap mengingat apa yang telah dijalaninya selama empat tahun belakangan.
Mulai dari awal dia menjadi bahan olok-olokan teman-teman satu kampusnya hingga
ketika semuanya pelan-pelan mulai berubah.
Hari ini dia sudah resmi lulus kuliah dengan IPK
yang sempurna, sesuai dengan harapan Ayah dan Bunda. Dia benar-benar bahagia
mengingat senyum mereka yang terpancar di wajah mereka masing-masing ketika dia
mengabarkan kabar gembira itu. Bahkan kakaknya yang dari dulu selalu mengejeknya
langsung memeluknya erat-erat begitu tahu Cakka mendapatkan IPK 4.
Cakka
masih ingat, dulu ia mengalami berbagai pengkhianatan teman. Salah satunya
adalah Ray. Ya, teman yang telah menjauhinya karena kehadiran Rio yang begitu
populer di kampusnya. Entahlah bagaimana dia sekarang. Semenjak ia bersahabat
dengan Rio, dia tak pernah terlihat lagi di luar jam kuliah. Padahal, Cakka
selalu berharap suatu hari Ray bisa bersahabat dengannya kembali, seperti dulu.
Cakka merasa tidak mempunyai alasan untuk marah kepadanya. Penampilan Cakka
memang seperti kebanyakan pelajar teladan. Dia juga tidak populer, bahkan
sampai lulus kuliah ini. Ray tak salah mengatakan hal itu, karena memang itulah
fakta kehidupannya.
Belum lagi
Alvin yang beberapa bulan yang lalu juga sempat menjadi temannya, namun ia juga
pergi meninggalkannya karena teman-teman Alvin yang lain mengejeknya karena
berteman dengan anak cupu seperti Cakka. Kemudian, ada juga Gabriel, anak
jurusan Psikologi kaya raya yang sempat ia temui di lift. Ia sempat ingin Cakka
jadikan sahabat, namun ternyata orang tua Gabriel tidak mengizinkan anaknya
bergaul dengannya karena penampilannya yang begitu ‘anak baik-baik’ dan kuno.
Dan masih banyak lagi alasan aneh lainnya yang menghambat Cakka untuk berteman.
“Cakka.”
Cakka
langsung membalikkan badannya begitu mendengar suara itu. Ia tersenyum ketika
melihat kakaknya, Elang, sudah berdiri di ambang pintu kamarnya dengan baju
rapi.
“Aku ingin
ke Kasablanka dengan teman-teman band. Kau ingin ikut?” tanya Elang. Kakak
semata wayangnya itu memang sudah sukses. Begitu lulus kuliah, dia membentuk
band bersama teman-temannya dan segera melakukan promosi kemana-mana. Dan
perjuangannya benar-benar tak sia-sia. Lihatlah bagaimana terkenalnya dia
sekarang. Hampir setiap minggu dia harus keluar untuk tampil di berbagai acara.
Bahkan terkadang ada juga penggemar-penggemarnya yang datang ke rumah.
“Kau tidak
akan malu jika penggemarmu mengetahui kau memiliki adik yang cupu sepertiku?”
tanya Cakka sambil tersenyum dan membetulkan letak kacamata tebalnya. Ah ya,
benar. Cakka memang tak pernah mengubah penampilannya. Walaupun kacamata tebal
dan ketidakpopulerannya itu selalu mengusik kebahagiaannya, namun mereka juga
yang membuat Cakka bisa fokus belajar dan menjadi yang terbaik.
Elang
tersenyum. “Aku bisa membantumu merubah penampilan jika kau tidak keberatan.
Tapi, kalau kau tetap ingin tampil seperti itu, terserah kau. Bukan hakku untuk
melarang.”
Cakka
tertawa kecil, kemudian segera menyisir rambutnya yang agak berantakan.
Sementara kakaknya masuk ke dalam kamar untuk mendekati adiknya, menunggu
adiknya selesai merapikan diri. Ia melihat-lihat keadaan kamar adiknya yang
benar-benar rapi. Selimut di tempat tidurnya tertata dengan rapi, barang-barang
di meja belajarnya tidak berantakan dan lantainya bersih tanpa ada baju maupun
barang-barang lainnya yang berserakan. Tapi, Elang menghentikan tatapannya pada
dinding kamar yang penuh dengan kertas gambar.
Cakka yang
menyadari kakaknya tercengang melihat ke arah dinding langsung menoleh ke
arahnya. Sisir yang tadi dia pakai, dia letakkan kembali di dalam laci. “Itu
adalah jalan hidupku.”
Elang
menoleh ke arah adiknya. “Aku tak pernah tahu kau suka menggambar.”
Cakka
tersenyum. “Sejak SMP aku selalu sendiri. Aku tak memiliki teman dekat karena
aku begitu cupu. Aku juga tak bisa menceritakan keluh kesahku padamu karena kau
selalu mengejek nilaiku yang naik-turun. Aku juga tak ingin mengkhawatirkan
Ayah dan Bunda.”
“Gambar-gambar
tersebut mewakili perasaanku selama ini, Mas. Dari gambar pertama, dimana aku
mengalami pengkhiatan pertama kali saat SMP, hingga gambar yang diujung sana.
Berakhir di gambarku yang bahagia karena bisa lulus kuliah.” kata Cakka. “Aku
tidak tahu, dengan keberhasilanku ini apakah aku bisa berhasil menemukan
sahabat di akhir jalan hidupku itu.”
Elang diam
mendengarnya. Sungguh, dia benar-benar tak pernah tahu apapun tentang itu kalau
Cakka tidak menceritakannya. Sejak dulu Cakka selalu tertutup kepada siapapun
yang ada di dekatnya. Ia tak banyak bicara, yang ada di dalam pikirannya
hanyalah membaca buku hingga ia bisa menjadi yang terbaik. Ternyata, inilah
penyebabnya.
Ia menepuk
pundak Cakka pelan dan tersenyum. “Khusus untuk hari ini, kau mau tidak menjadi
vokalis band aku?”
“The story of my life
I give her hope
I spend her love until she’s broke inside...”
J L J
Cakka
tersenyum ketika menatap penonton yang menunjukkan berbagai ekspresi. Mereka
jelas bingung melihat vokalis band kakaknya tiba-tiba diganti dirinya setelah
dua lagu habis ‘dihajar’ mereka. Dan mungkin saja penampilan Cakka yang tetap
memakai kacamata tebalnya beserta kaus dan celana panjang biasa juga menjadi
alasan kedua mereka. Tapi, Cakka tetap tidak perduli. Yang terpenting saat ini
adalah dia harus bernyanyi semampunya untuk menghargai keinginan kakaknya.
Mulutnya tetap bersandung merdu dengan penuh penjiwaan.
Written on these walls are the colors that I
can't change
Leave my heart open but it stays right here in
its cage
I know that in the morning now I see us in the
light upon a hill
Although I am broken, my heart is untamed, still
And I'll be gone, gone tonight
The fire beneath my feet is burning bright
The way that I been holding on so tight
With nothing in between
The story of my life
I take her home
I drive all night to keep her warm
And time is frozen
The story of my life
I give her hope, I spend her love
Until she's broke inside
The story of my life
Kebahagiaan
Cakka bertambah ketika melihat hampir semua penonton menggerakkan mulut mereka
seiring dia bernyanyi. Cakka senang sekali para penonton antusias ikut
bernyanyi bersamanya sampai lagu selesai walaupun mereka tidak mengenal Cakka
sama sekali. Benar-benar pengalaman yang begitu menarik seumur hidupnya. Cakka
langsung membungkukkan badannya hormat kepada mereka begitu ia selesai
bernyanyi. Kemudian, ia diam di tempat dan tersenyum lebar kepada mereka.
Tampak Ayah dan Bunda yang menonton juga tersenyum bangga kepadanya.
Cakka
mengatur nafasnya sejenak, kemudian mengangkat mikrofon yang ia pegang ke
hadapan mulutnya kembali. “Ya. Nama saya Chase Karayne dan saya benar-benar
berterima kasih kepada kalian yang sudah datang untuk menonton band kakak saya.”
“Ya,
Ellose Angga Karayne adalah kakak saya satu-satunya. Dan saya sangat menyayangi
dia. Mungkin kalau bukan karenanya, saya tidak akan bisa berada di sini. Lagu Story Of My Life yang baru saja saya
nyanyikan adalah inspirator hidup saya. Dan saya harap kalian menikmati
penampilan saya barusan. Maaf jika suara saya tidak sebagus kakak saya, karena
saya pribadi tidak sehebat kakak saya dalam bidang musik. Tapi, bisa
berkesempatan untuk melihat orang-orang yang selalu mendukung kakak saya adalah
sebuah anugerah untuk saya.”
“Sekali
lagi saya ucapkan terima kasih!” kata Cakka membungkuk hormat kembali kepada
penonton. Kemudian dia menaruh mikrofon kembali pada tempatnya dan segera
meninggalkan panggung. Ia juga menyempatkan diri untuk tersenyum kepada
kakaknya ketika matanya bertemu dengan mata kakaknya. Acara waktu itu
benar-benar lancar sampai selesai.
“Kau
benar-benar hebat, Chase Karayne.” kata Elang mengacak-acak rambut adiknya
dengan sayang di belakang panggung. Ia benar-benar lega ia menyuruh adiknya
untuk bernyanyi di depan banyak orang. Hasilnya sama sekali tidak mengecewakan.
Cakka
tersenyum mendengar pujian kakaknya.
“Kalau aku
tahu kau memiliki adik yang pandai bernyanyi, mungkin Ferry bisa berkali-kali
pura-pura sakit agar dia bisa menggantikannya. Aku yakin dia akan membawa band
kita jauh lebih sukses lagi.” kata salah satu teman Elang yang bernama Talcha,
memegang dram di bandnya.
Ferry yang
notabene vokalis mereka yang memang terkenal banyak alasan diantara mereka
langsung menjitak Talcha dengan cukup keras. “Aku tidak seburuk itu, tahu!”
Semua
personel bandnya tertawa. Cakka juga tersenyum geli melihatnya.
“Hei,
sebentar lagi pasti akan ada beberapa penggemar yang diperbolehkan masuk ke
sini karena menang kuis dari kita. Mereka bisa meminta apa saja dari kami.
Bagaimana kalau hari ini kau saja yang menanganinya?” tanya Ferry kepada Cakka.
“Aku yakin kau sudah menjadi bintang baru untuk mereka.”
“Ide
bagus! Tapi, seperti adikku perlu berubah penampilan.” kata Elang. Ia menoleh
ke arah Cakka. “Aku tidak akan rela penggemar-penggemarku sampai kabur karena
penampilannya yang begitu cupu.”
Cakka
tertawa kecil mendengarnya. “Hari ini saja. Bagaimana?”
Elang
mengangguk setuju. Kemudian, ia melepaskan kacamata Cakka dan segera
menyuruhnya mengganti baju yang lebih bagus. Ternyata, diam-diam kakaknya
membawa baju adiknya untuk keadaan tidak terduga. Cakka hanya bisa menurut dan
menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah kakaknya itu.
Setelah
selesai merapikan diri, ia menatap dirinya di cermin yang tersedia. Memang
benar, setelah dia melepas kacamata, penampilannya jauh lebih baik. Setidaknya
untuk orang lain yang melihatnya. Matanya juga tidak terlalu buram, ia masih
bisa melihat dengan jelas. Dan sesuai permintaan Elang dan teman-temannya, ia
harus siap melayani penggemar mereka dengan penampilan seperti itu.
Sesuai dugaan Elang dan teman-temannya,
beberapa orang yang masuk ke dalam belakang panggung tersebut langsung bingung
begitu mereka mengatakan mereka akan mendapatkan pelayanan sepuasnya dari
seseorang yang sedang merapikan diri di ujung ruangan. Cakka maksudnya. Tapi,
begitu Cakka membalikkan badannya, mereka langsung terdiam seribu bahasa
melihat penampilannya.
“Kaliankah
yang harus kulayani hari ini?” tanya Cakka sambil tersenyum kepada beberapa
gadis yang masuk tersebut. Yang ditanya justru mengangguk grogi, mereka tak
menyangka bahwa itu adalah Chase Karayne yang memakai kacamata tebal tadi.
Tapi, akhirnya mereka meminta tanda tangan, memuji suara Cakka dan berfoto ria
dengannya.
Elang yang
melihat semua itu hanya tersenyum. Setidaknya, setelah hari ini kehidupan
keluarganya akan lebih baik. Ia juga akan berusaha menjadi kakak yang lebih
baik untuknya. Tidak seperti dulu yang tak peka terhadap perasaannya. Cerita
yang diutarakan adiknya di rumah tadi benar-benar membuatnya merasa bersalah.
Mudah-mudahan dengan begini Cakka bisa sedikit demi sedikit mendapatkan
kebahagiaan di akhir ceritanya. Seperti yang diinginkannya sejak dulu.
“Sebenarnya,
masalah penampilanmu hanyalah kacamata tebalmu. Kalau kau melepas kacamatamu
dan berpakaian rapi, aku yakin kau juga akan sepopuler aku. Seperti tadi
contohnya.” kata Elang memberi pendapat ketika mereka sedang di mobil,
perjalanan menuju restoran untuk makan malam bersama Ayah dan Bunda. Cakka
sudah kembali memakai kacamata tebalnya.
“Sepenting itukah popularitas dalam masa
remaja?” tanya Cakka tanpa mengalihkan pandangannya dari buku novel yang sedang
ia baca. Wajahnya tetap saja tampak serius melihat tulisan-tulisan di buku
tersebut.
“Ah, kau
tak akan mengerti karena kau terlalu cinta dengan buku pelajaran dan buku
novel.” kata Elang sambil menjitak kepala Cakka pelan. Kemudian, mereka tertawa
bersama. Ayah dan Bunda yang duduk di kursi depan tersenyum mendengar kedua
anak laki-laki mereka bersenang-senang di kursi belakang.
Tuhan,
Terima kasih karena kau telah menyertaiku selama
ini...
Akhirnya aku sampai di akhir ceritaku...
Pertanyaan besar yang ada di benakku kini telah
terjawab...
Aku tidak hanya menemukan seorang sahabat...
Tapi aku juga menemukan seorang saudara...
Dan aku harap kebahagiaan ini bisa berlangsung
selamanya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Makasih ya udah baca cerpenku. Silahkan tinggalkan komentar kamu ya.
Semua kritik dan saran aku terima. Pujian juga boleh :p